Pages

5.24.2010

Sufi dan Ganja


Asmat, baru saja bertobat. Ia mulai menyadari masa lalunya dengan narkoba menyesatkan dirinya. Ketika mulai masuk dunia Sufi, Asmat justru kembali ke narkoba lagi.

“Kamu kok begitu sih Mat? ”tegur kawannya, Darwis.
“Saya lakukan eksperimen, siapa tahu saya berdzikir sambil mengganja, tambah uueeenak, melayang dzikirku…”
“Kamu memang sudah edan makan semir Mat…”
“Coba Wis, kamu coba. Nganja sambil dzikir pasti enak tenan…”
Darwis nggak habis pikir pandangan Asmat yang kontroversial ini.
“Kamu sudah ghurur Mat. Kamu terkena tipudaya…?”
“Bagaimana kamu bilang begitu. Kan banyak orang berdzikir yang dicari nikmatnya dzikir, bahkan kalau perlu bisa nangis-nangis segala…”
“Lhahadala…Itu to yang membuatmu begitu…”
“Jelaskan?”

“Dzikir itu tujuannya agar bertemu Allah, Musyahadah kepada Allah, hadir di depan Allah. Bukan mencari nikmatnya dzikir atau…. Bisa-bisa kamu melayang nggak karuan campur syetan nanti…”
“Campur syetan bagaimana Wis?”
“Kamu nge-ganja, pasti kamu mengkhayal. Sedangkan hatimu tidak ingin sama sekali bersenang-senang dengan kenikmatan khalamu, hatimu hanya sedang mengingat Allah, bagaimana bisa nyampe pada Allah, kalau yang kau unggulkan, kau senangi selera nafsumu?”
Asmat bengong lagi….

“Sudah begini saja, teruskan nge-ganjamu. Apa kamu nanti bisa bertemu Allah atau bertemu syetan…Coba! Nanti kalau kamu dicabut nyawamu saat kamu nge-ganja sambil dzikir, kamu husnul khotimah apa su’ul khotimah, saya nggak mau ikut-ikut akh…”
Asmat lalu menyedot sekuat-kuatnya ganja yang di tangannya. Semakin lama ia mengkhayal semakin bergentar jantungnya, semakin gelisah dan gundah jiwanya. Diam-diam ia bisa membedakan mana hasrat nafsu dibalik ibadah, hasrat nafsu dengan kemanjaan dan khayalan, dan hasrat hati yang sesungguhnya.
“Wiisss…! Darwiiiiiiiisss! Kamu dimana Wis!...”
Asmat berteriak sekencang-kencangnya.
“Aku sejak tadi disini Mat. Di dekatmu….”
Asmat terkejut dan mulai menangis sesenggukan.

Dunia itu Seperti Pasar


Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany
Kaum sufi hanya beramal kepadaNya dan besertaNya, lalu Allah memperlihatkan banyak keajaibanNya di dunia dan di akhirat. Mereka diperlihatkan KelembutanNya dan limpahan ruhani pada mereka.

Dunia ini adalah pasar, sesaat kemudian sudah sepi tak satu pun menghuni. Ketika malam tiba, pasar itu sudah tutup, seluruh pembeli dan penjualnya pergi. Karena itu janganlah anda berjual beli di pasar dunia itu kecuali yang bermanfaat bagimu esok di akhirat, Karena pengawas akan tahu.

Mentauhidkan Allah Azza wa-Jalla adalah berlaku ikhlas dalam beramal kepadaNya. Tapi yang ada disana malah banyak munafiknya. Sedikit sekali yang ikhlas diantara kalian. Anak-anak, jadilah anda orang berakal cerdas, dan jangan terburu-buru. Karena segala yang ada di tangan anda akan lepas, jika anda terburu-buru.
Jangan datang di waktu maghrib dan waktu subuh, apakah kamu tidak lagi punya kesabaran, anda sibuk hingga waktu maghrib dan anda dapatkan apa yang anda mau?

Berakal sehatlah kalian, beradablah kepada Allah Azza wa-Jalla dan makhlukNya. Jangan sampai anda mendzalimi mereka dan anda mencari sesuatu yang bukan milik anda dari mereka. Tak ada konfirmasi sampai adanya rekomendasi dari Sang Wakil. Pada pada saat itulah anda bisa melihat pemberian sebelum rekomendasi, sedikit pun tidak memberikan padamu dan mereka pun tidak memberikan padamu, tidak segentong, tidak selautan tidak pula setetes, kecuali atas izin Allah azza wa-Jalla. Sedangkan rekomendasiNya dan IlhamNya pada hati mereka.

Jadilah anda orang yang berakal sehat. Itulah akal sehat. Karena itu kokohlah di posisi anda di hadapan Allah Azza wa-Jalla. Karena rizki itu sudah dibagi dari SisiNya dan di TanganNya.

Celaka anda! Dengan muka seperti apa anda nanti bertemu denganNya? Sedangkan anda kontra kepadaNya di dunia, berpaling dariNya menuju makhlukNya, musyrik kepadaNya sembari anda gantungkan kebutuhanmu kepada mereka, kau pasrahkan nasibmu pada mereka.

Hajat kebutuhan yang dipasrahkan pada makhluk lain itu lebih banyak melimpahkan siksaan, karena mereka tidak pernah dimintai melainkan akan mengeluarkan milik bersama dosa-dosanya. Dan hanya sedikit dari mereka yang melakukan tanpa terpaksa dengan hak yang ada pada mereka. Jika anda meminta, dan anda tersiksa, sesungguhnya anda sedang terhalang datang pemberian itu sendiri.

Anak-anak sekalian….menurutku, manakala anda dalam kondisi terpepet, jangan minta pada siapa pun dan jangan punya hasrat apa pun dimana orang dan keinginan itu tidak dikenal dan anda tidak mengetahui asal usulnya. Jika anda mampu untuk memberi, dan anda tidak mencari, meminta, maka lakukan. Ketika anda berbakti, dan anda tidak mencari supaya diri anda berbakti pada yang lain, maka lakukanlah pekerjaan itu.

Kaum sufi hanya beramal kepadaNya dan besertaNya, lalu Allah memperlihatkan banyak keajaibanNya di dunia dan di akhirat. Mereka diperlihatkan KelembutanNya dan limpahan ruhani pada mereka.
Anak-anak sekalian… Jika anda tidak memegang islam, bagaimana anda memegang iman? Jika tidak ada iman bagaimana anda yaqin. Jika tak ada yaqin, bagaimana anda meraih ma’rifat padaNya dan pengetahuan padaNya.

Semua itu merupakan klasifikasi. Bila Islammu benar, maka kepasrahan total mu benar. Jadilah anda ini Islam menuju Allah Azza wa-Jalla dalam seluruh perilaku dengan tetap menjaga batas syariat dan siplin bersamaNya. Serahkan dirimu dan yang lain pada Allah Azza wa-Jalla. Berbuat baiklah dalam adabmu bersamaNya dan makhlukNya. Jangan mendzalimi dirimu dan yang lain, karena pedzaliman itu berarti kegelapan di dunia dan akhirat. Dzalim itu gelapnya hati, menghitamkan wajah dan lembaran. Karena itu janganlah berbuat dzalim dan jangan saling menolong pada orang dzalim. Nabi saw bersabda:
“Di hari kiamat ada suara yang menyeru, ‘Dimanakah kedzaliman? Dimanakah para pendukung kedzaliman? Manakah orang yang melihat mereka walau sebentar? Manakah yang pernah bertemu mereka walau sekejap? Kumpulkan mereka dan jadikan mereka dalam peti dari api neraka!” Hindari makhluk, dan berjuanglah agar kalian tidak menjadi orang yang di dzalimi maupun yang dzalim.

Jika terpaksa anda menjadi orang yang terdzalimi, maka jangan sampai menjadi orang yang dzalim, jangan menjadi pula yang dipaksa dan pemaksa. Allah memberikan pertolongan kepada yang di dzalimi, apalagi jika mendapatkan orang yang menolongnya.
Nabi saw bersabda:
“Manakala seorang di dzalimi dan tidak mendapatkan orang yang menolongnya kecuali hanya Allah azza wa-Jalla, maka Allah Ta’ala berfirman, “Aku bakal menolongmu, walau sesaat setelah itu.”
Sabar itu penyebab pertolongan, keluhuran dan kemuliaan.

Ya Allah kami memohon padaMu kesabaran bersamaMu, dan kami mohon ketaqwaan, kecukupan, solusi dari beban dan sibuk bersamaMu, mohon hijab dihilangkan antara di kami dan DiriMu….
Buanglah dinding antara dirimu dan DiriNya, karena keterpakuanmu pada jembatan dinding itu merupakan ketololan. Karena tak ada raja, sultan, yang mencukupi dan yang mulia kecuali yang hanya menuju kepada Allah Azza wa-Jalla.

Hai orang munafiq, sampai kapan anda pamer dan bermunafiq ria? Buanglah milikmu yang datang dari orang yang memunafikkan dirimu? Celaka kamu! Apa kamu tidak malu bertemu denganNya kelak?
Dalam waktu dekat anda beramal untukNya tetapi batinmu unjtuk selain DiriNya. Anda mengkhianatiNya, karena anda memanfaatkan kebesaranNya untuk dengan memanipulasi ilmuNya untuk nafsumu.
Karena itu kembalilah dirimu, temui perkara urgentmu dan baguskan niatmu kepadaNya. Berjuanglah untuk tidak makan, melangkah dan beramal secara total kecuali dengan niat yang saleh (Lillah), maka anda akan menjadi baik. Setiap amal yang anda lakukan hanya untukNya bukan untuk yang lain.

Maka, pada saat itulah bebanmu sirna, maka seluruh niat ini jadi watak bagi hamba manakala ubudiyahnya benar-benar bagi TuhanNya, tidak untuk kebutuhan sesuatu, karena Allah telah melimpahkan karuniaNya padanya. Bila Allah telah melimpahkannya maka Allah mencukupinya dan menutupinya dari makhluk hingga ia tidak butuh pada mereka.
Anda memang akan terus lelah sepanjang anda menjadi penempuh, penuju dan pelaku. Jika sudah sampai dan telah menyelesaikan seluruh perjalananmu maka anda berada di Rumah Dekat Tuhanmu Azza wa-Jalla, maka seluruh beban sirna dan yang ada hanyalah kegembiraan qalbu.

Semakin hari semakin tambah sampai anda meraih nuansa di sisiNya. Semula kecil, lalu membesar, dan jika besar hatimu akan dipenuhi kebersamaan dengan Allah azza wa-Jalla. , hingga di hatimu tak ada jalan dan plaza selain Allah.

Jika anda ingin sampai di situ, maka jalan perintahNya dan jauhi laranganNya, pasrah dalam baik dan buruk kepadaNya, kaya dan miskin, mulia dan hina hingga meraih tujuan di dunia dan di akhirat.
Anda berbuat untukNya, jangan pula berkeinginan mencari pahala, dan tujuanmu hanya mencari ridloNya, dekat denganNya. Pahala itu adalah ridloNya padamu, kedekatanmu padaNya di dunia dan di akhirat. Di dunia bagi hatimu dan di akhirat bagi keinginanmu.
Berbuatlah dan jangan kontra denganNya sedikit pun, jangan pula memandang amal perbuatanmu, tetapi gerak gerikmu karena amal itu sendiri dan yang engkau amali. Bila telah sempurna maka di hatimu ada mata yang memandang, makna menjadi rupa, ghaib menjadi nyata, berita menjadi fakta.

Seorang hamba manakala saleh bersama Allah azza wa-Jalla, maka Allah bersamanya dalam seluruh tingkah lakunya, dimana Allahlah yang merubah, mentransformasi, mengganti dan memindah dari satu kondisi derajat ruhani ke derajat lebih tinggi lagi. Lalu segalanya menjadi makna, segalanya menjadi iman dan yaqin, ma’rifat dan taqarrub serta penyaksian hati. Jadilah siang tanpa malam, cerah tanpa gelap, bening tanpa keruh, hati tanpa nafsu, rahasia diri tanpa hati, fana’ tanpa wujud, sirna tanpa hadir, lalu dia ghaib dari dari mereka dan dari dirinya.
Semua ini mendasar pada rasa bahagia total bersama Allah Azza-wa-Jalla. Ungkapan dimana antara dirimu dan DiriNya telah menjadi sempurna dalam kemesraan ini.

Melangkahlah dari makhluk, selangkah tanpa anda merasa dapat ancaman dan manfaat dari mereka, maka sebenarnya anda telah melampaui mereka. Melangkahlah dengan langkah nafsu dengan langkah dimana anda tidak berserasi dengannya dan anda memusuhinya, demi Ridlo dari Allah Azza waJalla, maka anda telah melewatinya.

Makhluk dan nafsu itu adalah dua samudera, dua neraka, dua lembah yang yang menghancurkan. Bertekadlah dan lampaui kehancuran itu dan anda bisa meraihnya.

Makhluk dan nafsu adalah penyakit, lalu langkahmu adalah obat. Tinggalkan obat dan penyakitnya, karena semuanya adalah piranti di sisiNya yang tak seorang pun memilikinya kecuali Allah Swt.
Jika anda sabar dalam kesatuan maka kemesraan dengan Yang maha Satu ada. Jika anda sabar dengan kefakiran, maka kekayaan tiba padamu. Tinggalkan dunia, carilah akhirat. Lalu carilah kedekatan dari Tuhan, tinggalkan makhluk menuju Sang Khaliq.

Makhluk dan Khaliq tidak pernah berkumpul. Dunia dan akhirat dalam hati, tidak pernah berpadu. Tidak pernah terbayang, tak pernah benar dan tak pernah datang sedikit pun, baik pada makhluk maupun Khaliq, baik dunia maupun akhirat. Namun kadang terproyeksi bahwa makhluk itu dalam lahiriyahmu dan Khaliq dalam batinmu, dunia ada di tanganmu, akhirat ada di hatimu. Namun jika harus berpadu dalam hati, maka tidak akan terjadi sama sekali.

Lihatlah dirimu dan pilihlah. Jika anda ingin dunia, keluarkan akhirat dari hatimu, jika anda ingin akhirat, keluarkan dunia dari hatimu. Jika anda hanya ingin Allah, keluarkan dunia dan akhirat serta segala hal selain Allah Azza wa-Jalla dari hatimu.

Sepanjang ada sebiji atom selain Allah di hatimu maka anda tidak pernah melihat dekatNya padamu dan kemesraan tak pernah terwujud padamu, ketentraman tak ada padamu. Sepanjang masih ada secuil dunia di hatimu, akhirat tak akan pernah tampak di sisimu, sepanjang akhirat masih ada sedikit saja di hatimu, Allah Azza-Wajalla tak pernah terlihat di hatimu. Cerdaslah, jangan mendatangi pintuNya kecuali dengan langkah yang benar. Karena Pengawas memandangmu.

Awas, engkau tertirai dari makhluk, bukan pada sang Khaliq, sungguh bagaimana anda menutupi diri dari makhluk, sekejap anda sudah lebur dengan mereka, anda mengambil pekerjaan dari saku baju dan rumahmu? Hai orang yang meninggalkan cermin yang retak, esok akan menelan apa yang menjadi milikmu, dan menjelaskan berita padamu. Hai pemakan racun, dalam sekejap tubuhmu akan digerogoti racun.
Memakan makanan haram, merupakan racun bagi jasad agamamu. Meninggalkan syukur atas nikmat merupakan racun bagi agamamu. Sebentar lagi Allah Azza wa-Jalla akan menyiksamu dengan kefakiran dan meminta-minta pada sesama makhluk, serta hilangnya rasa sayang mereka karena dicabut oleh Allah dari hati mereka.

Anda hai orang yang meninggalkan amal padahal ia tahu, sebentar lagi ilmu akan melupakanmu dan barokahnya sirna dari hatimu. Hai orang bodoh kalau anda mengetahui dan mengenalNya, maka anda pun akan tahu siksaanNya. Berbaiklah dalam adab anda besertaNya dan makhlukNya. Sedikitlah bicara, kecuali yang perlu saja.

Sebagian orang saleh berkisah, “Ada seorang pemuda meminta-minta, lalu kukatakan padanya, “Seandainya anda bekerja, pasti anda lebih senang..”. Lalu pemuda itu malah tersiksa karena selama enam bulan terhalang dari sholat malam.

Anak-anak sekalian…Terhadap apa yang perlu, kerjakan, dan jangan melakukan yang tidak perlu. Keluarkan nafsumu dari hatimu, maka kebaikan dating padamu. Nafsu itu kotoran yang mengeruhi hati. Ketika sudah keluar akan dating kejernihan tanpa kekeruhan, dan anda telah benar-benar berubh. Allah azza wa-Jalla berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah apa yang ada dalam kaum sehingga mereka merubah apa yang ada pada nafsunya.”
(Ar-Ra’d, 11)

Wahai manusia, wahai orang mukallaf, wahai orang yang berakal, dengarkan Kalam Allah Ta’ala dan kabarNya, karena Dialah sebenar-benar perkataan. Rubahlah apa yang ada dalam dirimu demi Dia, hal-hal yang dibenciNya, hingga dating apa yang kalian cintai. Jalan begitu luas.

Hai generasi zamanku, bangkitlah dan tegaklah. Berbuatlah dan jangan alpa sepanjang ada tali dari ujung dan pangkal di tanganmu. Mohonlah pertolongan kepadaNya apa yang baik bagi kalian, naiklah pada nafsumu, jika tidak engkau akan dikendalikannya, karena nafsu selalu mengarah pada keburukan di dunia, dan memberi penyesalan di akhirat.

Larilah kalian dari orang yang membuatmu sibuk dan lupa pada Allah ta’ala seperti larinya dirimu dari binatang buas. Berbuatlah untukNya, dan siapa yang berbuat untukNya akan mendapatkan laba, siapa yang mencintaiNya Dia mencintainya pula. Siapa yang menghendakiNya, Dia menghendakinya pula. Siapa yang mendekat kepadaNya, Dia mendekat pula, siapa yang mengenalNya, Dia mengenal pula dirinya.
Dengarkan nasehatku, terimalah ucapanku, karena tak ada di muka bumi ini yang bicara pada manusia spontan seperti aku. Aku menginginkan mereka, bukan untuk diriku, tetapi demi mereka pula. Jika anda ingin akhirat, aku carikan akhirat bagi kalian.
Setiap kalimat yang aku ucapkan tak ada yang kuinginkan kecuali hanya allah Azza wa-Jalla. Aku sungguh tidak butuh dunia dan akhirat dan apa yang ada di dalam keduanya, Dia mengetahui kebenaranku karena Dia Maha Mengetahui yang tersembunyi.

Kemarilah, kemari! Akulah argumentator, akulah pemilik daerah dan wilayah negeri semacamnya. Hai orang munafiq, anda mengigau dengan igauanmu, sudahlah! Berapa kali anda katakan “Aku”, lalu siapa sebenarnya anda? Celakalah kalian ini, anda hanya melihat selain Allah Azza wa-Jalla, sembari mengatakan aku lebih senang dengan selain Dia. Sementara di lain pihak kau katakan, “Aku bahagia dan gembira bersamaNya…” bahkan anda katakan bahwa dirimu adalah orang yang ridlo bersamaNya, namun semua itu lebih merupakan kontradiksi dalam dirimu. Anda katakan dirimu sabar, tetapi anda sudah riuh gelisah ketika ada peristiwa yang menimpamu, dan membuatmu malah ingkar.

Tak ada yang perlu dikatakan lagi, sampai daging-dagingmu jadi bangkai karena banyaknya dosa-dosamu dan penyakit dalam daging, hingga tak terasa lagi adanya guntingan-guntingan bencana dan cobaan, hingga seluruh dirimu sunyi bersama Allah Ta’ala, hatimu kosong Dari dunia dan akhirat, tanpa bersandar pada keduanya dan apa yang ada di dalamnya, sementara wujudmu menjalankan perintah dan menjauhi larangan, maka Allah akan menemuimu, tindakanNya menggerakkan dirimu dan mendiamkanmu, anda dalam kesirnaan berserta DiriNya. Tahap atau maqom tak akan pernah bisa kokoh padamu kecuali seperti maqom tersebut.

Allah Azza wa-jalla tidak menuntut rupa hambaNya, tetapi hanya menuntut makna hatinya. Yaitu bertauhid dan ikhlasnya, hilangnya cinta dunia dan akhirat dari hatinya, seluruh apa pun terlepas dari dirinya. Jika sampai tahap ini, Allah mencintaiNya, mendekatkan padaNya, dan meninggikan derajat dibanding lainnya.

“Wahai Yang Maha Satu, kesendirianku hanya bagiMu, bersihkanlah jiwaku dari makhluk dan kami senantiasa berusaha ikhlas kepadaMu, luruskanlah pengakuan kami dengan bukti keutamaanMu dan rahmatMu. Perbaikilah hati kami dan mudahkanlah urusan kami. Jadikan kesenangan mesra denganMu, dan hindarkan kami dari selain diriMu. Jadikan hasrat kami, hanya satu hasrat saja, yaitu hasrat bersamaMu, dekat denganMu dunia dan akhirat kami. Oh Tuhan, berikanlah kebajikan kepada kami di dunia dan di akhirat pula kebajikan, dan lindungilah kami dari siksa neraka.”

Gelora Rindu


Syeikh Abul Qosim Al-Qusyairy
“Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. Al-Ankabut: 5)

Atha’ bin as-Sa’ib menuturkan bahwa ayahnya menceritakan kepadanya, “Suatu ketika Ammar bin Yasir mengimami kami shalat dan dia mempercepatnya. Aku berkata, Anda tergesa-gesa dalam mengimami shalat, wahai Abul Yaqzan.’ Dia menjawab,
‘Hal itu tidak ada salahnya, karena aku memanjatkan kepada Allah sebuah doa yang pernah kudengar dari Rasulullah Saw’, Ketika hendak beranjak, salah seorang jamaah mengikutinya dan bertanya kepadanya tentang doa yang dibacanya itu.

Dia pun mengulanginya, ‘Ya Allah, dengan ilmu­-Mu yang ghaib dan dengan kekuasaan-Mu atas semua makhluk, hidupkanlah aku jika Engkau tahu bahwa hidup itu membawa kebaikan untukku, dan matikanlah aku jika Engkau tahu bahwa mati itu membawa kebaikan untukku. Ya Allah aku meminta kepada-Mu agar aku takut kepada-Mu dalam semua perkara, baik yang nyata maupun yang ghaib. Aku memohon kepada-Mu ungkapan yang benar ketika aku senang maupun ketika aku marah. Aku mohon kepada-Mu kesederhanaan dalam kekayaan maupun kemiskinan. Aku mohon kepada-Mu kesenangan yang abadi, dan kesejukan jiwa yang tak terputus. Aku mohon kepada-Mu keridhaan dengan apa yang telah ditentukan. Dan aku mohon kepada-Mu kehidupan yang sejuk sesudah mati. Aku memohon agar bisa melihat Wajah-Mu yang Mulia, dan kerinduan untuk bertemu dengan-Mu tanpa bahaya yang mengancam, atau menjadi korban fitnah yang menyesatkan.

Ya Allah, hiasilah kami dengan keindahan iman. Ya Alah, jadikanlah kami sebagai pemberi petunjuk maupun penerima petunjuk’.”
Rindu adalah keadaan gairah hati yang berharap untuk berjumpa dengan Sang Kekasih. Kadar rindu tergantung besar volume cinta. Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq membedakan antara rindu dan hasrat yang bergolak, katanya, “Rindu ditentramkan oleh perjumpaan dan memandang. Sedangkan hasrat yang bergolak tidak sirna karena pertemuan.”
Mengenai konteks ini para Sufi bersyair:
Mata tak pernah berpaling ketika memandang-Nya,
Sehingga-kembali kepada-Nya, penuh gelora.

An-Nashr Abadzy menyatakan, “Semua orang mempunyai tahap kerinduan. Namun tidak semuanya mengalami tahap gelora, dan siapa yang memasuki gelora itu, justru akan linglung, sehingga ia tidak dipandang lagi pengaruh atau kesan dan keteguhan.”

Diceritakan bahwa Ahmad bin Hamid al-Aswad datang kepada Abdullah ibnul Mubarak dan berkata kepadanya, “Aku bermimpi engkau akan meninggal setahun lagi. Barangkali engkau harus bersiap-­siap untuk keluar dari dunia.” Abdullah ibnul Mubarak menjawab, “Engkau memberiku waktu yang lama, aku hidup sampai setahun penuh! Padahal aku selalu menyukai syair yang kudengar dari Abu Ali ats-Tsaqafy:
Wahai yang tercekam rindu karena perpisahan panjang
Bersabarlah, siapa tahu esok engkau bertemu SangKekasih.

Abu Utsman menuturkan, “Tanda rindu adalah mencintai kematian dengan hati yang ringan.”
Yahya bin Mu’adz menyatakan, “Tanda rindu adalah membebaskan tubuh dari hawa nafsu.”
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, “Pada suatu hari Daud as. pergi sendirian ke padang pasir, kemudian Allah Swt. menurunkan wahyu kepadanya, ‘Wahai Daud, Aku tidak memandangmu sebagai orang yang sendirian!’ Daud menjawab, ‘Tuhanku, aku terpengaruh oleh kerinduan dalam hatiku untuk bertemu dengan-Mu, lantas terhalang antara diriku untuk bergaul dengan sesama manusia.’

Maka Allah Swt berfirman: “Kembalilah kepada mereka. Sebab bila engkau mendatangi­-Ku bersama seorang hamba yang lari dari tuannya, Aku tetapkan dirimu di Lauh Mahfudz sebagai seorang arif yang bijak’.”

Diceritakan, ada seorang wanita tua yang didatangi oleh pemuda yang termasuk kerabatnya. Keluarga lainnya merasa gembira, namun wanita itu justru menangis tersedu. Ia ditanya, ‘Apa yang engkau tangisi?” Wanita itu menjawab, “Aku teringat kedatangan pemuda itu, jika kelak di hari kedatangan kita kepada Allah Swt.”

Ketika Ahmad bin Atha’ ditanya tentang rindu, dia menjawab, “Jiwa yang terbakar, qalbu yang berkobar, dan jantung yang berkeping-keping.”
Pada kesempatan lain dia ditanya, “Manakah yang lebih utama, rindu ataukah cinta?” Ibnu Atha’ menjawab, “Cinta, karena rindu terlahir dari cinta.”
Salah seorang Sufi menyatakan, “Rindu adalah kobaran dari jiwa, dan apinya menjilat-jilat ketika berpisah. Bila pertemuan tiba, api itu jadi padam. Bila yang dominan pada rahasia batinnya adalah penyaksian sang kekasih, kerinduan tak melintas lagi.”

Seorang Sufi ditanya, “Apakah Anda pernah mengalami kerinduan?” Dia menjawab, “Tidak Rindu hanya bagi pecinta yang tak bersama kekasihnya. Sedangkan Kekasih sebenarnya, senantiasa hadir.”
Saya mendengar Syeikh Abul Ali ad-Daqqaq memberi komentar atas firman Allah Swt, “... dan aku bersegera kepadamu, wahai Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku).” (Q.s. Thaha: 84). Arti ayat ini, ‘Aku bersegera kepada-Mu karena rindu kepada-Mu,”namun disamar­kan melalui kata ridha.

Ad-Daqqaq juga berkata, “Salah satu tanda rindu adalah harapan pada kematian dalazn hamparan ampunan yang sejahtera. Begitulah Nabi Yusuf as. Ketika dilemparkan ke dalam sumur, beliau tidak berkata, ‘Biarkanlah aku mati saja!’ Ketika dimasukkan ke dalam penjara, beliau juga tidak mengatakan, ‘Biarkanlah aku mati saja!’ Tetapi ketika orangtuanya datang kepadanya dan semua saudaranya bersujud kepadanya, beliau berkata, ‘Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam.’ (Q.s. Yusuf 101).”

Mengenai hal ini para Sufi bersyair:
Kami dalam puncak kegembiraan, Namun tak bisa sempurna, kecuali dengan kalian
Cacat yang ada pada kami, wahai orang-orang yang kucintai, Engkau semua dighaibkan sedang kami telah hadir.
Mereka juga bersyair:
Siapakah yang memeriahkan pesta raya,
Padahal aku sungguh berduka, Kegembiraan telah penuh bagiku
bila kekasih-kekasihku tiba.

Abu Abdullah bin Khafif mengatakan, “Rindu adalah hembusan qalbu yang muncul karena pesona, kecintaan untuk bertemu dan rasa ingin berdekatan.”
Abu Yazid al-Bisthamy berkata, “Allah Swt. mempunyai hamba­-hamba tertentu, jika Dia menutup tirai bagi mereka, maka mereka akan memohon agar dikeluarkan dari surga sebagaimana para penghuni neraka minta dikeluarkan dari neraka.”

Al-Husain at-Anshary berkata, “Aku bermimpi bahwa hari Kiamat telah tiba. Kulihat ada seseorang yang berdiri di bawah Arasy.
Allah Swt. lalu bertanya, ‘Wahai para malaikat-Ku, siapakah orang ini?’ Mereka menjawab, ‘Engkau lebih Maha Mengetahui.’
Maka Allah Swt. pun berfirman, ‘Inilah Ma’ruf al-Karkhy. Dia mabuk karena mencintai-Ku; dan tak akan sadar kecuali berjumpa dengan-Ku.’

Riwayat lain mengatakan, ‘Inilah Ma’ruf al-Karkhy. Dia meninggal­kan dunia dalam keadaan rindu kepada Allah. Maka Allah lalu memperkenankannya menatap Wajah-Nya’.”

Faris menegaskan, “Batas para perindu disinari dengan cahaya Allah Swt. Manakala gairah kerinduan mereka membara, cahaya itu mene­rangi langit dan bumi, dan Allah Swt. menunjukkan kepada malaikat­-malaikat-Nya, seraya berfirman, ‘Mereka adalah perindu-perindu-Ku, Aku bersaksi pada kalian bahwa Aku pun sesungguhnya lebih rindu kepada mereka’.”

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq pernah menjelaskan mengenai sabda Nabi Saw, ‘Aku memohon kepada-Mu agar diberi rindu untuk berjumpa dengan-Mu.”

Komentar Abu Ali, “Rindu itu terdiri dari seratus bagian. Nabi memiliki Sembilan puluh sembilan bagian, dan yang satu bagian dibagi-bagi di kalangan ummat manusia.”

Abu Ali juga menginginkan yang satu bagian itu, karena beliau cemburu jika satu bagian rindu diberikan kepada orang lain.”
Dikatakan, “Kerinduan orang-orang muqarrabun lebih sempurna dibanding kerinduan mereka yang terhijab dari kehadiran­Nya.”
Demikianlah dikatakan penyair:
Seburuk kerinduan suatu ketika
bila tenda-tenda saling mendekat.

Dikatakan juga, “Para perindu saling merasakan manisnya kematian, ketika menjemputnya, semata karena jiwa pertemuan telah terbuka melebihi manisnya penyaksian.”

As-Sary menyatakan, “Rindu adalah maqam teragung bagi seorang ‘arif manakala telah terwujud di dalamnya. Manakala dia mencapai kerinduan, dia menjadi lupa akan segala sesuatu yang menjauhkan dari yang dirindukannya.”
Abu Utsman bin Sa’id
al-Hiry berkomentar mengenai firman Allah Swt,
“Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. “ (Q.s. Al-Ankabut: 5).
“Ayat ini sebagai penentram bagi para perindu. Tafsirnya: Aku tahu bahwa rindu kalian kepada-Ku begitu kuat. Aku telah menetapkan satu waktu bagi kalian untuk berjumpa dengan-Ku. Kalian semua akan segera datang kepada Yang kalian rindukan’.”
Dikatakan bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Daud as, “Katakanlah kepada para pemuda Bani Israil, ‘Mengapa kalian menaruh kepedulian selain kepada-Ku, sedangkan Aku merindukanmu? Dusta macam apa ini’?”

Allah Swt. juga menurunkan wahyu kepada Daud as, “Jika saja mereka yang telah berpaling dari-Ku mengetahui bagaimana Aku telah menunggu mereka, melimpahkan kasih sayang kepada mereka, dan kerinduan-Ku agar mereka meninggalkan kemaksiatan terhadap-Ku, pasti mereka mati semua karena rindu mereka, dan sendi-sendi mereka remuk karena cinta kepada-Ku. Wahai Daud, inilah Kehendak-Ku terhadap mereka yang telah berpaling dari-Ku, lalu bagaimana Kemauan-Ku terhadap mereka yang menghadap kepada-Ku?”
Dikatakan bahwa dalam kitab Taurat tertulis, “Kami sangat merin­dukan kalian semua, namun kalian tidak saling membalas rindu; Kami tanamkan rasa takut dalam dirimu, tapi kalian sendiri tidak merasa takut. Dan Kami memberi ratapan kepada kalian, sayangnya, kalian semua tidak pernah meratap.”

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, “Suatu ketika Syu’aib menangis hingga matanya buta. Allah Swt. mengembalikan penglihat­annya.

Dia menangis lagi sampai buta kembali, dan Allah Swt. mengembalikan lagi penglihatannya. Kemudian dia menangis sampai buta, lantas Allah Swt. mewahyukan,
‘Jika engkau menangis karena surga, maku Aku pun memperkenankannya. Jika engkau menangis karena neraka, maka Aku pun telah menjadikanmu selamat darinya.’
Syu’aib menjawab, `Bukan itu. Aku menangis karena rindu kepada­Mu.’
Lalu Allah berfirman padanya,’Karena itu Aku menunjuk Nabi­-Ku dan Kalimat-Ku untuk melayanimu selama sepuluh tahun’.”
Dikatakan, “Barangsiapa rindu kepada Allah Swt, maka segala sesuatu merindukannya.”

Dan dalam hadist disebutkan, “Surga merindukan tiga orang:
Ali, Ammar dan Salman.”
Malik bin Dinar mengatakan, “Aku membaca dalam Taurat begini, ‘Kami bangkitkan rindu dalam dirimu, tetapi kamu sekalian tidak rindu kepada Kami.

Kami mainkan seruling untukmu, tetapi engkau tidak menari :”
Al Junayd ditanya, “Apa yang membuat seorang pencinta menangis ketika bertemu dengan Kekasihnya?” Dia menjawab,
“Itu hanya karena kegembiraannya pada Sang Kekasih, dan kepesonaan karena kedahsyatan rindu kepada-Nya.”

Jangan Percaya Pada Daya Kekuatanmu


Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany-Hari Jum’at pagi, 21 Jumadil Akhir 545 H di Pesantrennya.

Laksanakan perintah dan jauhi larangan. Bersabarlah dengan cobaan-cobaan dan lakukanlah ibadah-ibadah sunnah. Anda jika demikian bisa disebut sebagai orang yang sadar, seorang pengamal, pencari taufiq dari Tuhanmu Azza wa-Jalla dengan sepenuh keseriusanmu. Meninggalkan pemaksaan hadir dalam di pintu amal, namun memandang bahwa amal adalah sesuatu yang diperuntukkan bagi anda.

Mohonlah padaNya dan hinakan diri anda di hadapan Dia agar Allah Ta’ala menyediakan sebab-sebab yang mendorong taat anda kepadaNya. Karena apabila Allah menghendaki dirimu untuk melaksanakan perintahNya, Allah Azza wa-Jalla menyiapkan padamu bagiNya, dan Dia benar-benar memerintahkan dirimu untuk bergegas dari dirimu, lalu menghadapkan pada taufiqNya kepadamu dari sisiNya, Perintah itu sifatnya lahiriyah, (syariatnya, pent) sedangkan taufiq adalah bathiniyahnya (hakikatnya).

Mencegah kemaksiatan itu bersifat dzohir, sedangkan batinnya adalah menjaga hati dari maksiat. Maka dengan penjagaan jiwa dan perlindungannya anda berpegang teguh, melalui penjagaanNya anda meninggalkan maksiat, dan dengan kekuatanNya anda sabar.
Hadirlah dihadapanku dengan akal dan keteguhan, niat dan tekad, dengan membuang kecurigaan padaku serta husnudzon padaku. Anda akan meraih manfaat dengan menyerap makna-maknanya.

Hai orang yang masih ada kecurigaan padaku, besok jadi jelas benar, bahwa semua yang ada padaku tidak ada kepentingan sedikit pun dariku, dimana hatimu muncul berbagai dugaan yang rumit.
Seluruh beban dunia ada di atas kepalaku, dan seluruh beban di akhirat ada di hatiku. Sedangkan beban Allah Azza wa-Jalla ada di Sirri ku. Apakah saya punya kepentingan untuk menolong diriku?
Siapa yang baik akan maju ke hadapanku dan kepalanya merunduk penuh dengan Hamdalah (Alhamdulillah Azza wa-Jalla). Sungguh saya tidak minta pertolongan siapa pun kecuali pada Allah azza waJalla.
Jadilah kalian semua orang yang cerdas dan beradablah kepada kaum sufi, karena mereka adalah polisi keluarga, negeri dan para hamba. Karena merekalah bumi ini terjaga, jika bukan karena mereka, sungguh bumi penuh dengan riya’ kalian, penuh dengan kemunafikan dan kemusyrikan kalian. Hai orang-orang munafiq, hai para musuh Allah Azza wa-Jalla, dan musuh RasulNya, wahai kayu kering bagi api neraka!
“Ya Allah terimalah taubatku dan taubat mereka. Ya Allah, sadarkan diriku dan sadarkan mereka, kasihanilah diriku dan mereka, kosongkan hati kami dan jasad mereka hanya untukMu.
Jika toh tidak demikian, maka jasad untuk keluarga dalam urusan dunia, jiwa untuk akhirat, hati dan rahasia hati hanya bagiMu…Amin.”
Anak-anak sekalian….Tak satu pun yang datang kepadamu dan
kau akan sendiri, tak satu pun yang datang padamu dan engkau harus hadir sendiri, dengan memasuki gerbang amalmu hingga Allah menganugerahkan amaliyah padamu untuk membangun dirimu, dan pertolongan itu….Anda adalah tempat-tempat anugerah, sedangkan pertolongan Allah Ta’ala diberikan kepadamu, dan Allah Azza wa-Jalla lah Sang Pemilik Amal. Allah benar-benar memerintahkanmu untuk bergegas meraighnya menuju taat padaNya, dan pertolongannya dari Allah Ta’ala.

Celaka kalian, jika kalian telah mengikat dirimu dengan rasa takut dari sesama makhluk disertai harapan pada mereka. Lepaskanlah ikatan itu dari kedua kakimu, lalu kamu bangkit menuju khidmah pada Tuhanmu Azza wa-Jalla, sampai jadi tenteram di hadapanNya. Zuhudlah dari dunia, wanita-wanitanya, syahwatnya dan semua ayang ada di dalamnya. Jika ada sesuatu yang muncul berupa dunia, maka ia datang kepadamu bukan karena perintahmu, bukan karena pencarianmu, hingga di sisi Allah Azza wa-Jalla anda disebut sebagai orang yang zuhud. Allah memandangmu dengan pandangan kemuliaan, maka bagian duniamu pun tak pernah sunyi. Namun, sepanjang engkau pasrah diri pada dayamu dan kekuatanmu, kekuatanmu dan apa yang menjadi milikmu, maka tak akan meraih sesuatu dariNya sedikit pun.
Sebagian Sufi mengatakan, “Sepanjang dalam kantong baju ada sesuatu, maka tak akan dapatkan dari yang tersembunyi.”

Ya Allah kami memohon perlindungan kepadaMu dari pasrah diri pada sebab akibat dunia, dan berteguh padanya disertai ambisi, hawa nafsu dan kebiasaan-kebiasaan. Kami mohon dari segala kejahatan dari seluruh siatuasi dan kondisi.
Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebajikan dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.

Kaya, Mulia dan Kuat


Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany -Pagi hari di Madrasahnya, tanggal 19 Rajab 545 H.
Dari Nabi saw : beliau bersabda:
"Siapa yang senang menjadi manusia paling mulia, hendaknya bertaqwa kepada Allah. Dan siapa yang senang menjadi manusia paling kuat, hendaknya bertawakkal kepada Allah. Dan siapa yang senang menjadi manusia paling kaya hendaknya apa yang ada di tangan Allah lebih dipercaya ketimbang apa yang ada di tangannya. (Hr. Al-Hakim di Al-Mustadrak).

Artinya siapa yang ingin kemuliaan dunia dan akhirat hendaknya bertaqwa kepada Allah Azza wa-Jalla:

"Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertaqwa." (Al-Hujurat: 13)

Kemuliaan ada pada ketaqwaan seseorang, sedangkan kehinaan ada dalam maksiatnya. Siapa yang ingin kuat dalam agama Allah Azza wa Jalla hendaknya ia bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, karena tawakal itu membenarkan hati, menguatkan, membersihkan, menunjukan dan menampakkan keajaiban Illahi. Karena itu jangan berserah diri pada uangmu, dinarmu, dan usahamu. Justru itu bisa melemahkan dirimu, karenanya tawakal-lah kepada Allah Azza wa Jalla, karena Allah Ta’ala menguatkanmu, menolongmu dan mengasihimu serta membukakanmu tanpa terduga disamping mengokohkan hatimu.

Jangan peduli dengan datangnya dunia atau perginya dunia dari sisimu. Jangan peduli pula dengan penerimaan (dukungan) atau penolakan makhluk padamu, maka pada saat itulah anda menjadi manusia terkuat.

Bila anda berpegang pada harta, jabatan, keluarga dan nusahamu, maka sama dengan anda menantang murka Allah azza wa Jalla, karena semua itu akan sirna. Disamping tipudaya dibalik semua itu, dimana Allah swt tidak senang ada yang lain selain Allah di hatimu.

Siapa yang ingin kaya dunia akhirat hendaknya betaqwa kepada Allah Azza wa Jalla, bukan takut pada yang lain. Hendaknya ia bersimpuh di pintuNya, malu bersimpung di pintu selain pintuNya. Seharusnya ia pejamkan mata hatinya untuk memandang selain Dia Azza wa Jalla, namun bukan mata kepalanya.

Bagaimana anda percaya dengan apa yang ada di tangan anda, sedangkan semua itu akan sirna? Sementara anda malah tidak percaya pada apa yang di Tangan allah Azza wa Jalla yang tak pernah sirna? Semua ini karena kebodohan anda pada Allah Ta’ala, lalu beralih ke yang lainNya. Percayamu pada Allah membuatmu cukup, dan percayamu pada selainNya membuatmu fakir.

Wahai orang yang yang meninggalkan ketaqwaan, anda telah diharamkan mendapatkan kemuliaan dunia akhirat.

Wahai orang yang tawakal kepada makhluk dan usaha, anda telah terhalang dari kekuatan dan kemuliaan bersama Allah Azza wa-Jalla dunia akhirat.

Wahai orang yang percaya pada milik kuasanya, anda telah terhalang meraih kaya raya dunia akhirat bersama Allah Azza wa Jalla.

Anak-anak sekalian, jika anda menjadi orang yang bertaqwa, bertawakal dan percaya teguh pada Allah Azza wa Jalla hendaknya anda sabar. Karena sabar itu dasar setiap kebajikan. Bila niatmu benar dalam sabar, maka sabarmu hanya demi wajah Ilahi Azza wa Jalla, maka anda akan dapat balasan berupa cintaNya dalam hatimu, DekatNya padamu dunia akhirat.

Sabar itu berarti berserasi dengan ketentuan dan takdirNya yang telah mendahului pengetahuanmu, dimana tak seorang pun dari makhlukNya bisa menghapus takdir itu.

Hal demikian akan tertanam dalam diri mukmin yang yaqin. Maka sabar atas takdirNya itu memberi kemerdekaan, bukan keterdesakan.

Sabar di awalnya merupakan keterhimpitan, namun langkah berikutnya adalah kebebasan. Bagaimana anda mengaku beriman tetapi anda tidak bersabar? Bagaimana anda mengaku ma’rifat tetapi anda tidak ridlo? Iman dan ma’rifat bukan sekadar pengakuan.

Tidak bisa disebut beriman dan ma’rifat sampai anda memandang gerbangNya, membiarkan celaan dan sabar atas lingkar takdir dan pijakan manfaat dan derita, yang menginjak hatimu, bukan pikiran dan inderawimu, sementara anda tetap di tempat, seperti terbius, jasad tanpa ruh.

Perkara ini diperlukan ketenangan, tanpa gerakan, tersembunyi tanpa harus menghilang dari massa, dimana qalbu, sirr, batin, dan makna anda tidak ada di tengah mereka. Sungguh sudah banyak apa yang saya bicarakan, dan sungguh betapa sedikit yang kalian amalkan. Sudah panjang lebar saya uraikan tetapi anda tak pernah faham. Sudah banyak yang kuberikan, tetapi tidak pernah kalian ambil. Sudah banyak nasehatku tetapi anda tidak mengambil pelajaran.

Betapa keras hatimu betapa bodohnya kamu pada Allah Azza wa Jalla. Jika anda tahu dan beriman pada Pertemuan dengan Allah Azza wa Jalla, dan jika anda ingat mati serta apa yang ada dibalik kematian, kenapa anda masih berlaku demikian? Bukankah anda telah menyaksikan kematian ayah dan ibumu dan keluargamu? Telah menyaksikan kematian raja-rajamu? Bukankah itu telah menjadi peringatan dan nasehat bagimu dan mengendalikan nafsumu, disbanding upayamu berburu dunia dan cinta atas tetapnya dunia? Kernapa hatimu tidak cemburu, lalu kalian keluarkan dunia dan makhluk dari hatimu?
Padahal Allah Azza wa-Jalla telah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak merubah apa yang ada pada kaum hingga mereka merubah apa yang ada dalam diri mereka."

Anda sedang bicara tetapi anda tidak melakukannya. Banyak yang sudah melakukan tetapi mereka tidak ikhlas.

Cerdaslah dirimu, jangan bikin su’ul adab pada Allah Azza wa Jalla. Kokohkan dirimu, wujudkan hakikatmu, kembalilah kepadaNya dan tafakurlah. Apa yang ada padamu di dunia ini tak ada manfaatnya di akhirat. Karena anda sendiri pelit pada diri sendiri, padahal jika anda dermawan pada jiwa sendiri, pasti anda sukses meraih manfaat akhirat. Sementara anda malah sibuk dengan sesuatu sirna, dan anda kehilangan yang kekal.

Karena itu jangan sampai anda disibukkan dengan harta, isteri-isteri dan anak-anak, karena dalam waktu dekat kalian terhalang dengan mereka.

Janganlah anda sibuk sekali dengan memburu dunia, sibuk mencari kehormatan dari makhluk, karena keduanya sama sekali tidak berarti di mata Allah Azza wa Jalla. Hatimu justru najis dengan kemusyrikan, penuh dengan keraguan kepada Allah Azza wa Jalla, penuh prasangka padaNya dalam perilaku jiwamu. Ketika Allah mengetahui dirimu, Allah marah padamu, dan anda dilempar jauh dari hati orang-orang yang saleh.

Sebagian Sufi – semoga Allah melimpahkan rahmatNya – ada yang tidak pernah keluar rumah, kecuali dengan mata terpejam, yang dituntun oleh anaknya. Ketika ditanya kenapa demikian? "Sampai aku tidak pertemu dengan orang yang kafir pada Allah Azza wa Jalla…".

Suatu hari ia keluar rumah dengan mata yang dicelak, lantas ia bias melihat, malah ia pingsan. Betapa dahsyatnya kecemburuannya Allah Azza wa Jalla, bagaimana seseorang bisa menyembah selain Allah Ta’ala dan musyrik? Bagaimana seseorang memakan nikmatNya sementara ia juga kufur padaNya? Anda sendiri juga tidak sadar bagaimana anda berpesta dengan orang kafir dan duduk bersama mereka, sedang dalam hatimu ada iman tapi tak merasakan cemburunya Allah Azza wa Jalla.

Kalian mesti taubat, mohon ampun, dan malu kepadaNya. Lepaslah pakaian yang tak tau malu di hadapanNya, jauhilah keharaman dunia, kesyubhatannya, lalu jauhilah hal-hal yang dibolehkan ketika anda meraihnya dengan penuh ambisi hawa nafsu dan syahwat. Karena sesuatu yang anda raih dengan penuh nafsu dan syahwat, akan memalingkan dirimu dari Allah Azza wa-Jalla.

Nabi saw, bersabda: "Dunia itu penjara bagi orang beriman" (Hr. Muslim)

Bagaimana orang bertasbih bahagia dalam penjaranya? Ia tidak gembira. Hanya romannya bahagia, hatinya duka. Secara lahiriyah bahagia, sementara hatinya serasa terpotong-potong, kesendiriannya, dan akna yang dihayatinya serasa berubah jadi maksiat dibalik bajunya, dimana luka-luka hatinya tertutup oleh potongan senyum bajunya. Barulah Allah Azza wa Jalla dan para Malaikatnya bangga. Masing-masing mereka diberi isyarat dengan jari-jari pasda mereka, para ksatria di negeri agama Allah Azza wa Jalla dan di negeri rahasiaNya, sepanjang mereka bersabar bersamaNya, dan menahan kegetiran takdirNya, sampai mereka dicintai Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana firmanNya: "Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar." (Ali Imron: 146)

Bahwa Allah azza wa Jalla membericobaan padamu semata karena cintaNya kepadamu. Sepanjang engkau melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, maka Allah semakin cinta kepadamu, dan sepanjang engkau sabar atas cobaanNya, semakin anda dekat denganNya.

Sebagian Sufi – semoga Allah merahmatinya – meriwayatkan, "Allah swt, tidak mau menyiksa kekasihNya, tetapi Allah memberi ujian dan memberikan kesabaran padanya."

Nabi saw, bersabda: "Seakan-akan dunia itu tidak ada, dan seakan-akan akhirat itu yang senantiasa ada." (Hr. Ali Al-Qaari, dan al-Ajluny).

Kemarilah, wahai pemburu dunia, wahai pecinta dunia, aku akan uraikan cacat-cacat dunia, dan kuberikan petunjuk Jalan Allah Azza wa Jalla, aku temukan dengan mereka yang yang hanya berhasrat menuju Wajah Allah Azza wa Jalla, karena saat ini kalian sedang stress. Dengarkan apa yang aku katakana padamu dan amalkan, serta ikhlaslah dalam mengamalkannya.

Bila kalian mengamalkan ilmuku dan kalian mati ketika mengamalkannya, maka Allah swt, akan meninggikan derajatmu sampai tingkat luhur (illiyyin), lantas kalian akan melihat disana, akar ucapanku dari sana, lantas kalian memanggilku dan menyalamiku dan kalian mewujudkan hakikat apa yang aku isyaratkan padaNya.

Kaumku…!Tinggalkan semua yang menimbulkan depresimu, tinggalkan rasa nyaman yang bathil, sibukkan dirimu dengan dzikrullah Azza wa Jalla. Bicaralah yang bermanfaat dan diamlah jika itu menyengsarakan jiwamu. Jika anda ingin bicara sesuai kehendakmu, maka fikirkan apa yang bakal kau katakana,. Lalu berniatlah yang tulus, baru biacara.

Di sinilah berlaku ungkapan, "Ucapan si bodoh di depan hatinya, sedangkan ucapan si alim yang berakal ada di belakang hatinya."

Diamlah dirimu. Bila Allah Azza wa-Jalla menghendakimu bicara, maka Dia akan membuka ucapanmu. Jika Allah menghendaki suatu hal, Allah juga menyiapkanmu bagiNya. KesertaanNya padamu membuatmu bisu total, jika sudah demikian ucapan akan datang sendiri dariNya manakala Dia menghendakinya. Bahkan bisa saja, kebisuan itu terus menerus sampai mati. Maka berlakulah sabda Nabi saw,: "Siapa yang kenal Allah, lisannya kelu." (Hr. Al-Khathib al-Baghdady).

Lisan lahiriyahnya kelu, sedangkan batinnya kelu dari segala hal selain Allah swt. Maka segalanya berserasi tanpa kontra, karena mata hatinya buta dari selain memandangNya. Batinnya terkoyak dan masalahnya terhanguskan, hartanya tercerai berai, lalu ia keluar dari eksistensinya, keluar dari dunia dan akhiratnya, bahkan nama dan tandanya pun tiada.

Allah swt. Berfirman:"Kemudian jika Allah berkehendak, maka Dia membakitkan kembali." (‘Abasa: 22)

Allah Azza wa Jalla mewujudkan setelah tiada, diciptakan kembali sebagai makhluk, yang dihanguskan oleh hasta fana’, lalu dikembalikan pada Hasta Baqa’ agar meraih Pertemuan, kemudian dikembalikan agar mengajak makhluk dari kefakiran menuju KemahacukupanNya. Kecukupan adalah cukup bersama Allah Azza wa Jalla dari aktivitas hatinya dengan mendekatkan diri padaNya Azza wa Jalla. Orang yang fakir dengan dirinya tak mampu meraih itu semua.

Siapa yang ingin cukup kaya, tinggalkan dunia dan akhirat serta seisinya, tinggalkan segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total. Maka secara bertahap semuanya akan keluar dari hatinya, sesuatu yang ada dan sangat hina ini. Sesuatu yang remeh di dunia ini (harta dan seluruh sisinya) hanyalah piranti bekal saja. Maka raihlah bekal itu dalam rangka berjalan menuju kepadaNya. Maka Allah akan memberimu nikmat-nikmat yang dihidangkan olehNya. Anda juga meraih petunjuk, pengetahuan, dan hidayah dari CahayaNya.

Ya Allah tunjukkan hatiku kepadaMu.
Ya Tuhan kami berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka.

Jejak Ma'rifat


Riwayat dari Hudzaifah ra, berkata. Rasulullah saw, bersabda:
“Ikutilah jejak orang-orang setelahku dari para sahabatku: Abu Bakr dan Umar dan mintalah petunjuk pada Ammar, dan berpegang teguhlah pada janji Ibnu Mas’ud.” (Hr. Tirmidzi dan al-Hakim.)

Rasulullah saw, telah memerintahkan agar mengikuti jejak dua tokoh besar, Sayyidina Abu Bakr as-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khothob ra, serta mencari kebenaran dan petunjuk dari Ammar ra, karena ia meninggal dengan cintanya yang agung pada kerabatnya, Sayyidina Ali KW.

Rasul saw, juga menegaskan agar tetap kokoh dengan janji, sebagaimana Ibnu Ummi Abd ra, memegangnya. Dalam hal inilah tumbuh hikmah terpadu antara cinta sahabat dan keluarga Nabi. Rahasia yang dijumpai dalam diri para ‘arifun yang berselaras. Dan Nabi saw, menjadikan kebenaran mengikuti jejaknya dengan cara mengikuti jejak dua tokoh besar – semoga Allah meridhoi keduanya – , dan mengintegrasikan dua kekuatan dengan memegang teguh janji.

Apabila seorang hamba mengikuti jejaknya maka ia akan dapat petunjuk. Dan siapa yang mendapatkan petunjuk berarti telah memegang teguh janjinya Allah swt. Disinilah dimengerti bahwa kema’rifatan itu tidak lain adalah dengan cara demikian? Siapa yang meraih petunjuk melalui petunjuk Nabi Muhammad saw, dan mengikuti jejaknya, berpegang teguh dengan janjinya, maka ia telah menghadap Allah Ta’ala dan mengesampingkan yang lainnya.

Dalam hadits disebutkan, bahwa Allah swt berfirman:
“Wahai dunia! Apakah seseorang yang berbakti kepadaku itu pembantuKu, dan apakah orang yang berbakti kepadamu itu telah berbakti kepadaKu?”
Maka, bukan disebut orang yang bercita luhur, adalah orang yang sibuk dengan sesuatu yang didalamnya ada pengaruh hawa nafsu.

Dalam karakteristik Nabi saw. Yang luhur dan mulia, Allah swt berfirman:

“Matahati tak pernah menyimpang dan tak pernah khianat.”
Seorang hamba tak pernah sampai kepada Allah swt, sampai dirinya putus dari hasrat-hasrat duniawi dan apa yang ada di dalamnya, berupa kemewahan dan kenikmatannya, santai dan kesenangannya, bahkan sampai ia harus melampaui kesenangan interaktif kemakhlukan berupa indahnya pergaulan dan pujian dari mereka.

Allah swt menciptakan semua itu sebagai ujian bagi orang yang ingin menyendiri (dari segala hal selain Allah swt.), hingga ketika ia berpaling pada selain Allah, akan tercela dalam pengakuannya, lalu ia terlemopar dalam wadah kerugian besar. Maka, betapa banyak mereka yang ter-Istiqdroj karena nikmat, terhijab dari Sang Khaliq, alpa dari kebenaran, bodoh terhadap pengetahuan jiwa, pagi hingga sore dalam kerugian demi kerugian dan siksaan. Tampaklah pada dirinya dari sisi Arasy, sesuatu yang menyiksa padanya yang belum pernah mereka duga.

“Dan jelaslah bagi mereka adzab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (Az-Zumar: 47)

Di antara cita yang luhur antara lain apa yang dikatakan kepada abu Abdullah: “Jika Allah memberikan kepadamu dunia seisinya, apa yang anda lakukan?”
“Kalau bisa, akan aku jadikan satu suapan, kemudian aku timpakan pada mulut si kafir, pasti akan aku lakukan!” jawabnya.
“Kenapa?”
“Karena Allah swt marah pada orang kafir dan pada dunia secara bersamaan. Lalu aku pun bebuat demikian, agar menimpa pada masing-masing yang terkena amarah.”

Lalu beliau mengisahkan kisah yang bernar, bahwa seorang raja Hirah (nama sebuah kota) mengutus untuk mengirimkan tujuh kantong berat berisi gandum. Ketika itu Syeikh sedang berada di Hirah dengan para muridnya, lantas makanan disajikan oleh para pembantunya.

Syeikh Abu Abdullah berkata padanya, “Kasihkan semuanya yang ada (tersisa) kepada seluruh orang miskin. “
“Tidak mungkin, semua pintu tertutup,” kata sang pembantu.
“Kalau begitu bawa saja ke orang-orang Majusi yang jadi tetangga kita…” kata Syeikh.
“Saya takut ancaman siksa Allah Ta’ala karena meninggalkan perintahNya..”
Toh kami akhirnya mmberikan juga kepada kaum Majusi. Tiba-tiba dini hari mereka datang dan bertanya, “Apa hikmah pemberian anda pada kami, padahal kami berbeda dan kontra dengan anda?”
“Dunia itu musuh Allah. Dan orang kafir juga musuh Allah. Seorang pecinta tak akan mendekat pada kekasihnya, hingga kekasihnya menjauhi musuhnya.”
Akhirnya mereka itu masuk Islam semuanya di hadapan Syeikh.
Suatu hari sebagian para penempuh Jalan Sufi sedang berjalan di pelosok, tiba-tiba dirinya berbicara untuk suatu hajat, ternyata ia sudah ditepi sumur. Lalu ia lembarkan bejana air ke dalamnya untuk kepentingan minum. Namun ketika bejana keluar, sudah dipenuhi dengan emas. Bejana itu pun ia lempar ke dalam sumur sembari berkata, “Oh Tuhan Yang Maha Agung, aku tidak ingin selain diriMu…”

Ammar al-Qurasy ra mengatakan, “Suatu hari aku di pesolok desa, aku ingin memanggil karena suatu kebutuhan mendesak. Kuambil sapu tangan dari guruku, lalu kusobek dua belah. Aku pakai separo, dan aku basahi satu lagi. Yang terjadi malah muncul konflik dalam diriku soal kebutuhanku. Tiba-tiba seluruh desa itu menjadi perak semua. Aku pun berlalu sembari munajat, “Ilahi, aku mohon perlindungan darimu atas kehendak selain padaMu…”

Nabi Isa as, berkata:
“Betapa eloknya bagi seseorang yang mengingat Allah, dan tidak ingat selain Allah swt. Betapa bagusnya seseorang yang takut kepada Allah dan tidak takut selain Allah. Baguslah seseorang yang memohon pada Allah dan tidak meminta kecuali kepada Allah swt.”

Imam Zainul Abidin Ali bin al-Hasan ra, mengatakan, “Ketika aku berada di tempat Abu Abdullah al-Husain as, kubaca sebagian kitab. Di tangannya ada sebilah gelati. Kulihat ada hurup yang salah, lalu kukatakan, “Coba pisaumu, akan kugunakan membenarkan huruf ini.”
Aku dapatkan pisau itu, dan ketika sudah selsai tugasku, kukembalikan.
“Wahai Ali, jangan ulangi lagi seperti ini, anda akan terjatuh pada hinanya permintaan dan rendahnya cita-cita.!”

Diriwayatkan bahwa Nabi saw, bersabda kepada Tsauban ra, “Wahai Tsauban jangan minta tolong kepada orang.” Maka Tsauban, jika cambuknya jatuh dari tangannya, ia tak pernah meminta tolong pada seseorang, dengan mengatakan “Ambilkan cambuk itu…” hingga ia sendiri turun dan mengambilnya.

Suatu hari seseorang sedang meminta mata uang Kisrah pada Sufyan ra, lalu orang itu diberi Dinar. Ia pun menanyakan kenapa diberi Dinar? Sufyan menjawab, “Jika dia tidak mengenal kadar dirinya, maka aku tidak meminta kehormatan diriku. Namun jika ini semua meninggalkan cita yang luhur, maka aku tidak meminta kemurahan.”

Cita-cita kaum ‘Arifin
Cita-cita kaum arifin bersambung dengan cintanya kepada Ar-Rahman, sedangkan hatinya memandang pada tempat-tempat kemuliaan dari Sang Maha Mulia. Tak ada istirahatnya di dunia, tanpa keluar dari dunia.

Hubaib al-Ajamy ra banyak muncul terlihat pada hari Tarwiyah di Bashrah, sedngkan di hari Arafah ia berada di Arafah. Lantas ditanyakan padanya, “Itu hanya sedikit sekali dari terbangnya Ahli Cita Luhur Ilahi…” jawabnya.

Ali Karromallahu Wajhah masuk masjid Rasulullah saw. Lalu melihat orang pelosok di masjid sedang bermunajat, “Ilahi, aku hanya ingin sedikit saja kesenangan dariMu.”
Beliau juga melihat Abu Bakr ash-Shiddiq ra, sedang bermunajat, “Ilahi, aku hanya ingin padaMu…”

Maka jauhlah berbedaan cita-cita jiwa mereka. Masing-masing membubung dengan citarasanya. Jika telah sampai pembubungan cita itu sampai pangkalnya, ia berhenti dan tidak lagi terbang melewati.

Allah swt berfirman:
“Katakan, masing-masing beramal menurut format kemampuannya…” (Maksudnya menurut niat dan cita luhurnya.)
Abu Yazid al-Bisthamy ditanya, “Aku dengar anda berjalan di atas air dan terbang di atas udara.”
“Orang beriman lebih memuliakan Allah Azza wa-Jalla ketimbang langit sap tujuh. Apa yang perlu dikagumi dari sekadar berjalan di air dan terbang di udara, seperti posisi burung dan ikan hiu?”

Suatu ayat, “Mereka itulah yang bergegas dalam kebaikan.” Dibacakan di hadapan Ibnul Mubarok, lantas beliau berkata, “Bukan dimaksudkan adalah bergegasnya fisik, atau bergegas meraih amal. Tetapi dimaksud adalah cita-cita yang mendahului cita-cita dalam segala kebajikan dan kehendak.”

Sebagian ‘arifin mengatakan, “Kasihan sekali mereka yang beralparia. Mereka sibuk dengan memperbanyak amal, mereka memperbesar dan berbangga dengan amal. Bagi orang arifin, melakukan amaliyah sebanyak amal seluruh penghuni langit dan bumi dari zaman Azali sampai kekal abadi nanti, maka amaliyah itu masih terasa kecil dan lebih rendah di mata mereka disbanding kecilnya atom di langit dan di bumi.”

Nabi saw, bersabda: “Janganlah kalian merasa banyak taat, dan janganlah kalian merasa sedikit dosamu.”

Suatu saat Nabi Musa as melewati pantai sepanjang laut. Lalu ia bermunajat, “Tuhanku, lelah sekali kedua dengkulku, dan berat sekali punggungku. Oh Kekasihku, apa yang hendak kau berlakukan padaku ini?”

Allah pun mengutus binatang Trenggiling untuk menjawabnya.

“Wahai anak Imran, apakah kau berharap pada Tuhanmu, dengan ibadahmu padanya? Bukankah Allah telah memilihmu dan berbicara padamu, dan membuatmu dekat dan bermunajat padaNya? Demi Yang menciptakanku dan Melihatku, sesungguhnya aku berada di padang sahara ini sejak 360 tahun, selama itu aku bertasbih siang malam, sedikit pun aku tidak berpaling dariNya. Dan sejak tiga hari lalu aku tidak makan. Bahkan setiap saat gemeterlah tulang-tulangku karena Maha BesarNya.”

Abu Said Abul Khair ra menegaskan, “Suatu hari aku menuju pelosok desa, rasa lapar benar-benar mencekam. Nafsuku meronta agar memohon kepada Allah Ta’ala, lalu kukatakan, “Itu bukan perilaku orang yang tawakkal.” Lalu nafsuku menuntutku agar bersabar. Namun ketika aku berhasrat untuk kedua kalinya, ada bisikan lembut:

Adakah ia bodoh bahwa Kami lebih dekat?
Kami tak pernah menelantarkan siapa yang dating kepada Kami
Abu Said ingin memohon sabar
Seakan Kami tak melihatnya dan tidak tahu

Waspadai Nafsumu bag1


Wahai anak-anak sekalian, bila anda ingin bahagia, maka lawanlah dirimu (nafsumu) dalam rangka berselaras dengan Tuhanmu Azza wa-Jalla, taat kepadaNya, sekaligus dalam rangka kontra terhadap maksiat padaNya.

Hijabmu adalah karena anda tidak mengenal makhluk. Sedangkan makhluk itu adalah hijabmu untuk tidak mengenal Khaliq Azza wa-Jalla. Sepanjang dirimu bersama dirimu, anda tak mengenal makhluk. Sepanjang dirimu bersama makhluk, anda tidak mengenal Tuhanmu Azza wa-Jalla. Sepanjang dirimu dengan dunia, anda kehilangan akhirat. Sepanjang dirimu bersama akhirat anda tidak mengenal Tuhannya akhirat. Raja dan yang dirajai (budak) tidak bisa bergabung, sebagaimana dunia dan akhirat tidak pernah berpadu. Begitu pula makhluk dan Khaliq tidak bisa dicampur.

Nafsu selalu memerintahkan pada keburukan, karena memang demikian watak naluriyahnya. Sampai kapan anda diperintah oleh Qalbu dalam segala hal, dan anda tidak butuh lagi nafsu. Maka perangilah nafsumu.
“Allah mengilhamkan pada nafsu akan pengingkaran dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 8)

Maka bersihkan nafsu itu dengan perjuangan jiwa. Karena jika nafsu sudah bersih dan sirna, ia akan menentramkan diri pada qalbu, lalu ketentraman qalbu menyandar pada rahasia jiwa (sirr), dan Sirr menuju Al-Haq Allah Azza wa-Jalla, taat padaNya. Jika hal ini tidak berhasil jangan berharap anda akan terbebas dari kotoran dan keburukannya.

Bagaimana bisa dekat, dengan Sang Maha Diraja, tanpa adanya kesucian dari berbagai najis. Karena itu pendekkan imajinasi nafsu itu, maka ia bisa patuh kepadamu. Nasehati melalui nasehat Rasulullah saw.
“Bila pagi hari, jangan bicara pada nafsumu tentang sore hari. Jika sore hari jangan bicara pada nafsumu tentang pagi hari. Karena anda tidak tahu bagaimana nasib namamu besok pagi.” (Ditakhrij oleh Az-Zubaydy dalam Ithafus Saadatil Muttaqin)

Anda merasa kasihan pada nafsumu dibanding yang lain, pada saat yang sama anda telah menelantarkannya. Bagaimana yang lain kasihan padanya dan melindunginya? Kekuatan naluriyah dan ambisi yang membebanimu, membuatmu berat untuk meninggalkan nafsumu. Karena itu berjuanglah memeranginya dengan memperpendek imajinasinya dan meminimalisir ambisinya, mengingat maut, fokus pada Allah Azza wa-Jalla, berobat melalui jiwa para Shiddiqun dan kalamnya, disamping dzikir yang benar-benar jernih dari kotoran, siang dan malam.

Katakan pada nafsumu, “Bagimu keuntungan yang kamu kerjakan, dan resiko atas tindakanmu. Tak satu pun yang menyertai keuntunganmu, juga tidak memberikan sesuatu padamu, karena itu haruslah beramal dan mujahadah. Kawanmu adalah yang mencegahmu, dan musuhmu adalah yang menyesatkanmu. Karena saya melihat dirimu bersyukur pada selain Allah Azza wa-Jalla atas nikmat-nikmatNya. Engkau memberikan haknya nafsu dan makhluk, tapi engkau menggugurkan Haknya Allah Azza wa-Jalla. Padahal anda tahu bahwa ni’mat-ni’mat itu dari Allah Azza wa-Jalla, lalu mana syukurmu? Bahkan anda pun tahu bahwa Allah Ta’ala menciptamu, lalu mana ibadah, melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya serta sabar atas cobaanNya.”
Perangi nafsumu hingga engkau dapat hidayah.
Allah swt berfirman:
“Dan orang-orang yang berjuang melawan dirinya dalam rangka menempuh pada Diri Kami, niscaya akan Kami beri hidayah mereka, jalan-jalan Kami.” (Al-Ankabut: 69)

“Apabila kamu memohon pertolongan Allah, maka Allah akan menolong kalian dan mengokohkan pijakan kalian.” (Muhammad: 7)

Karena itu anda jangan memberi toleransi pada nafsu, jangan patuh dan jangan taat, anda pasti menang dan bahagia. Jangan tersenyum pada wajahnya, jawablah dari seribu kalimatnya, jawaban yang bisa membersihkan dirinya dan menentramkan pada hati. Jika nafsu menuntut syahwat kesenangan dan kelezatan, dan apa jaminan dan akhirnya? Katakan pada nafsu, bahwa tempatmu nanti syurga. Sabarkan nafsumu atas kegagalan yang pahit, hingga Allah memberikan anugerahNya. Jika anda sabar dan bisa menyabarkannya, maka Allah azza wa-Jalla bakal menyertainya.

Waspadai Nafsumu bag2


“Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang sabar.” (Al-Anfaal: 46)
Jangan terima ucapan dan interupsi nafsu, karena ia tidak berkata kecuali menjurus keburukan. Jika anda mulai menyenangi nafsu, segera lawan. Karena melawannya pasti mendatangkan kebaikan.

Wahai orang yang mengaku berserasi dengan kehendak Allah swt, sedangkan dirimu mengikuti hawa nafsumu, engkau dusta dalam pengakuanmu. Nafsu dan Allah Azza wa-Jalla tidak pernah berpadu. Dunia akhirat pun demikian. Siapa saja yang berteguh pada nafsunya, ia telah kehilangan berteguh pada Allah Azza wa-Jalla. Siapa yang wuquf di dunia, ia akan kehilangan wuquf di akhirat. Nabi saw, bersabda:
“Siapa yang mencintai dunianya, akan mencederai akhiratnya. Siapa yang mencintai akhiratnya, dunianya akan tercederai.” (Hr Imam Ahmad)

Sabarlah. Jika sabarmu sempurna, maka ridlomu juga sempurna. Semuanya sangat indah di hadapanmu, apa pun yang terjadi merupakan manifestasi rasa syukurmu, yang jauh jadi dekat, yang syirik berubah tauhid, dan anda tidak peduli dengan ancaman maupun manfaat dari makhluk, tidak memandang kontradiksi, bahkan pintu-pintu menyatu, arah hanya satu. Suatu kondisi yang tidak banyak dijadikan pegangan oleh orang, bahkan hanya individu-individu, dari 1000 orang, hanya satu orang saja yang mampu memutus hawa nafsunya.

Berjuanglah agar mati di sisiNya Azza wa-Jalla. Berjuanglah agar dirimu mati sebelum engkau mati. Hiburlah dengan kesabaran dan perlawanan terhadap dirinya. Dalam waktu dekat kesabarannya akan memujinya. Kesabaran itu dibatasi waktu dunia, sedangkan balasan atas kesabaran tidak pernah sirna. Aku sabar, dan aku melihat dampaknya, sangatlah positif terpuji. Aku mati, kemudian Dia menghidupkan aku, kemudian mematikanku. Aku hilang dari diriku, kemudian Dia menemukanku, lalu menghilangkanku, lalu aku sirna besertaNya, dan maujud denganNya. Aku berjuang untuk tidak memilih dan berkhasrat sampai sukses, hingga takdir membimbingku dan anugerahNya menolongku, tindakanNya menggerakkanku, kecemburuanNya melindungiku, hasratNya memberikan kepatuhanku padaNya, serta kehendakNya yang dahulu mendahului kehendakku, Allah azza wa-Jalla mengangkat derajatku.

Anak-anak sekalian…Anda lari dariku, sedangkan aku gurumu. Jagalah posisimu di hadapanku, jika tidak, anda akan hancur. Hai orang yang menempuh, datanglah dulu kepadaku, baru datang ke Baitullah. Akulah pintu Ka’bah, kemarilah, aku ajari bagaimana haji yang benar, di mana anda bicara dengan Yang Punya Ka’bah.
Anda pun bakal tahu, ketika debu-debu tampak, maka duduklah, dan berpeganglah pada kendali yang ada padaku, karena aku diberi kekuatan oleh Allah Azza wa-Jalla.

Kaum sufi telah memerintahkan kalian atas apa yang diperintah Allah Azza wa-Jalla dan melarang kalian atas apa yang dilarang oleh Allah Azza wa-Jalla. Mereka benar-benar telah memberikan nasehat padamu, dan mereka menyampaikan amanah itu.

Beramalah di negeri hikmah sampai kalian pada negeri Qudrat. Dunia adalah negeri hikmah, dan akhirat adalah negeri Qudrat. Hikmah membutuhkan piranti dan alat, sebab akibat, sedangkan Qudrat tidak butuh semua itu. Allah melakukan semua itu demi membedakan antara Darul Hikmah (dunia) dan Darul Qudrat (akhirat). Akhirat itu bangunan tanpa sebab, yang bicara pada ragamu dan yang melihat amalmu atas kemaksiatan-kemaksiatanmu kepada Allah Azza wa-Jalla.
Di hari kiamat nanti segala tirai tersingkap dan segala tirai yang menutupimu terbuka, terserah anda semua. Tak seorang pun masuk neraka kecuali dengan hati yang beku karena banyaknya tumpukan alasan. Bacalah Kitab dan Sunnahmu dengan fikiranmu, lalu tobatlah dari keburukan dan bersyukurlah atas kebajikan-kebajikan. Batasilah catatan kemaksiatanmu dan timpahkan di lembarannya dengan pukulan taubat.

Waspadai Nafsumu bag3


Sepanjang anda memulai, membiasakan, mencari, menempuh jalan menuju Allah, maka sepanjang itu pula cinta dunia sebagai pangkal kesalahan. Jika anda telah sampai pada kedekatan dengan Allah swt, anda pun senang dengan bagian seberapa pun di dunia, anda tidak suka jika mendapatkan bagian yang diberikan pada selain dirimu. Rasa cinta itu didasari oleh pengetahuan anda bahwa Allah Azza wa-Jalla telah menakdirkan padamu, dan anda menerima dengan suka cita, sama sekali tidak menerima yang lainnya.

Bagimana anda bisa menoleh ke yang lain sedangkan hati anda ada di hadapanNya Azza wa-Jalla sebagaimana ahli syurga dalam syurganya? Semua yang berjalan pada diri anda adalah dari Allah Azza wa-Jalla Sang Kekasih, karena anda menghendaki melalui kehendakNya, dan memilih melalui pilhanNya, yang beredar melalui KekuasaanNya, sementara seluruh hal selain Allah Azza wa-Jalla putus dari hatimu, maka dunia dan akhirat tunduk padamu, dan yang anda raih adalah bagian dariNya, cintamu bukan pada sesuatu darimu tetapi dariNya.
Orang munafiq yang suka pamer, dan suka kagum pada amalnya sendiri itu, tetap saja puasa siang hari dan tahajud malam hari, makan makanan kasar, berpakaian sahaya, padahal batin dan lahirnya gelap. Tak satupun kakinya melangkah kepada Tuhannya Azza wa-Jalla, dan dia tergolong orang yang bekerjakeras namun penuh kepayahan. Di mata kaum pilihan Shiddiqun dan Washilun rahasia batinnya tampak semuanya. Hari ini mereka bisa dilihat kaum khawash (kalangan khusus ruhani) dan esok di akhirat semuanya akan melihatnya.

Kaum khawash melihatnya dengan hatinya, namun mereka menutupinya dengan Tirai Allah Azza wa-Jalla. Kemunafikan anda semua jangan dibaur dengan kaum sufi, sepanjang anda tidak mau menyingkirkan jiwa munafiqmu. Tak ada nasehat bagimu sepanjang anda tidak memutuskan ikatan kemunafikan itu, sepanjang anda tidak memperbarui Islammu, mewujudkan taubatmu, keluar dari rumah watakmu, hawa nafsumu, wujud eksistensimu dan menarik manfaat serta meninggalkan bahaya darimu.

Sedangkan anda membiarkan hati anda di lorong sempit, membiarkan batinmu dalam pengkhianatan di hadapan Tuhan. Segeralah kembali pada fondasi, lalu membangun. Asasnya adalah faham agama. Faham qalbu bukan faham wacana. Faham dalam qalbu mendekatkan diri anda pada Allah Azza wa-Jalla, sedangkan faham menurut wacana hanya mendekatkan diri anda kepada makhluk dan penguasanya. Faham dalam qalbu membiarkan dirimu berada dalam majlis taqarrub kepada Allah Azza wa-Jalla, mendekatkan langkahmu menuju Tuhanmu Azza wa-Jalla.

Celaka anda ini. Anda menelantarkan dirimu dalam zaman di mana anda mencari ilmu tapi tidak mengamalkan. Anda pada pijakan kebodohan karena anda berbakti pada musuh-musuh Allah Azza wa-Jalla, musyrik bersama mereka. Padahal Allah Ta’ala tidak butuh dirimu, atas apa yang anda jadikan tuhan selain Dia. Allah tidak mau menerima kemusyrikanmu. Apakah anda ini tidak tahu bahwa anda adalah budak yang dikendalikan olehNya?

Bila anda mau bahagia, tinggalkan kendali di hatimu, demi kendali di Tangan Al-Haq Azza wa-Jalla, bertawakkal padaNya secara total lahir dan batin. Jangan curiga kepadaNya Azza wa-Jalla, karena Dia tidak bisa dicurigai, sebab Dialah yang lebih tahu kemaksiatanmu dibanding anda. Dia Maha Tahu dan anda tidak tahu.

Seharusnya anda diam di hadapanNya, bersembunyi dan bersunyi diri hingga datang kepadamu izin dariNya untuk bicara. Maka anda pun bicara bersamaNya, bukan bersama diri anda. Ucapanmu menjadi obat bagi hati yang lara, dan obat bagi rahasia batin, sekaligus pencerah bagi akal.

“Ya Allah cahayailah hati kami, tunjukkan padaMu, dan bersihkan rahasia batinku, dan dekatkanlah padaMu.
Ya Tuhan berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah.

5.11.2010

Berbakti Dan Sayang Kepada Ibu


بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين, وصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :

Ibu adalah orang yang melahirkan kita di dunia. ibu adalah orang yang tidak kenal lelah untuk menjaga kita siang dan malam. ibu adalah sesosok pahlawan tanpa tanda jasa atas anak-anaknya. mendidik kita dikala kecil, memberikan kasih sayang yang kita butuhkan.

Maka dari itu, Islam sangat menjunjung tinggi hak-hak setiap orang, lebih khususnya seorang ibu atas anaknya. memberikan kepada semua sesuai kadar porsinya. diantaranya adalah Islam memerintahkan kepada seorang anak untuk berbakti dan taat kepada orang tua. akan tetapi Islam memerintahkan kepada seorang anak untuk lebih berbakti dan taat kepada ibu 3 (tiga) kali lipat dibandingkan bakti dan ketaatan kepada ayah.

Pada hadist yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya dan yang lainnya dari Abu Hurairah -rodhiyallahu 'anhu- berkata :

قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوكَ

Artinya : "Seseorang bertanya kepada Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- : siapakah orang yang paling berhak untuk saya berbakti kepadanya? beliau menjawab : ibu kamu, kemudian ibu kamu, kemudian ibu kamu, kemudian ayah kamu."

Dalam hadist diatas, Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- menyebutkan ibu sebanyak 3 (tiga) kali sebagai orang yang paling berhak untuk seorang anak berbakti kepadanya dan ditaati. yang kemudian menyebutkan ayah sebanyak satu kali.

Diantara alasan yang menjadikan ibu sebagai orang yang paling berhak untuk ditaati dan dibakti adalah karena kejadian durhaka kepada orang tua kebanyakan menimpa seorang ibu dari pada ayah. dan karena ibu adalah orang yang melahirkan kita, menyusui kita, mendidik kita, menjaga setiap saat kita terbangun.

Sebab itulah Allah juga mewajibkan berbakti kepada orang tua, khususnya kepada ibu dengan firman-Nya :

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya : "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS Luqman : 14)

Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tua dan khususnya kepada ibu. dan Allah melarang untuk berbuat durhaka kepada keduanya dan mengancam kepada siapa saja yang berbuat durhaka kepada kedua orang tua dengan ancaman siksaan yang pedih.

5.07.2010

PENGANTAR


Dalam Era Globalisasi saat ini, perkembangan Informasi begitu cepat tak terbatas, menembus ruang dan waktu di belahan penjuru dunia. Dunia saat ini menjadi begitu dekat, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu maju seiring dengan perkembangan jaman, Menghadapi tuntutan Perkembangan saat ini, diperlukan dinamika kreatif untuk menyambut tuntutan perkembangan jaman, dan juga tuntutan perkembangan Agama Islam.
Fakultas komunikasi dan Sosial Politik Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo, merespon laju perkembangan Teknologi untuk pengembangan dan kemajuan agama Islam, melalui teknologi komunikasi dakwah, terutama dakwah melalui teknologi komunikasi tercetak (printed publications), publikasi elektronik(electronic publications) dan pengembangan masyarakat (human development).
Kurikulum Fakultas komunikasi dan Sosial Politik, diselaraskan dengan kurikulum Fakultas Komunikasi dengan penekanan pada Komunikasi dan Penyiaran Islam seperti: Ilmu Dakwah, Ilmu Komunikasi, Rethorika, dan Speaking, Jurnalistik, Produksi Siaran Radio, Televisi, dan Film, Public Relations, Manajemen Pers Dakwah, Kewartawanan dan lain-lain.
Era kedepan, Fakultas Komunikasi dan Sosial Politik merupakan alternatif pilihan bagi calon mahasiswa berwawasan masa depan yang ingin terjun di bidang teknologi komunikasi dan penyiaran Islam, Kuliah Mandiri dan tanpa Ujian Negara.

5.06.2010

BEKAL MENGHADAPI KEMATIAN


Siapakah yang terdekat dengan diri kita ? yang terdekat dengan diri kita adalah kematian. Ungkapan tersebut pernah di kemukakan oleh Imam Ghozali kepada Murid-muridnya. Kematian selalu membayangi langkah kaki kita kemanapun, dimanapun , kapanpun jika Kematian menjemput maka Tidak ada seorangpun yang mampu untuk mengelaknya. Semua makhluk Alloh yang bernyawa akan mengalami yang namanya kematian.Kematian adalah Rahasia Alloh yang sulit dideteksi oleh rasionalitas dan mengandalkan hal yang bersifat empiris. Kita tidak tahu kapan sesorang akan mengalami proses kematian , apalagi untuk memajukan atau memundurkan kematian itu sendiri walaupun satu detik.

Takutkah kita mengahadapi kematian ? kematian tidak perlu ditakuti karena kita semua juga akan mati tapi kematian perlu disiapi dengan bekal kita menghadapi kematian. Bekal amal sholeh selama kita menjalani kehidupan selama di dunia. Selama ini kita jarang berfikir untuk mempersiapkan bekal kita dalam menghadapi kematian. Kesibukan kita terhadap urusan dunia kerap kali menyebabkan kita malas untuk memikirkan kematian. Kita hanya berfikir besok makan apa, bagaimana dengan kerjaan dikantor, tentang kuliah dan lain sebagainya yang telah melalaikan hati kita untuk memikirkan kehidupan yang akan datang. Renungkanlah disaat kita sibuk terhadap urusan dunia lalu tiba-tiba kematian menjemput , kita hanya seonggok daging yang tidak berarti apa-apa, dimandikan mayat kita, disholati dan dikuburkan tubuh kita dalam ruang yang sempit dan gelap , Kerabat serta teman-teman kita lalu meninggalkan kita sendirian dalam ruang yang pengab dan gelap itulah akhir dari kisah kehidupan kita di dunia, tubuh kita lama-lama akan mengalami proses pembusukan dan tinggal tulang belulang. tentu kita harus menyadari bahwa didalam tubuh kita terdapat eksitensi lain yaitu jiwa yang membalut raga kita. Kita tidak hidup untuk selama-lamanya ada kehidupan lain setelah kematian. Amal sholeh yang akan menemani kita di dalam kubur dan menjadi tiket kita untuk mencapai surga Alloh. Jika tidak dari sekarang kita mempersiapkan bekal kita menghadapi kematian kapan lagi ? sangat di sayangkan jika kita terlalu mencintai materi dan kehidupan kita yang selalu diwarnai dengan keburukan dan kejahilan yang akan mengakibatkan rusaknya pribadi kita dan juga merusak kehormatan agama. Gerak gerik kita selalu dalam pengawasan Alloh SWT sekecil apapun kita melakukan bentuk kejahatan dan maksiyat tentu akan mendapatkan balasan dari Alloh SWT. Alloh SWt tidak melarang kita untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia namun tentu kita tetap jangan melupakan untuk mempersiapakan bekal dalam menghadapi kematian. Semoga kita semua meninggalkan dunia dengan Khusnul Khotimah.

cinta seorang ibu kepada anak-anaknya


Wanita itu sudah tua, namun semangat perjuangannya tetap menyala seperti wanita yang masih muda. Setiap tutur kata yang dikeluarkannya selalu menjadi pendorong dan bualan orang disekitarnya. Maklumlah, ia memang seorang penyair dua zaman, maka tidak kurang pula bercakap dalam bentuk syair. Al-Khansa bin Amru, demikianlah nama wanita itu. Dia merupakan wanita yang terkenal cantik dan pandai di kalangan orang Arab. Dia pernah bersyair mengenang kematian saudaranya yang bernama Sakhr :

"Setiap mega terbit, dia mengingatkan aku pada Sakhr, malang. Aku pula masih teringatkan dia setiap mega hilang dii ufuk barat Kalaulah tidak kerana terlalu ramai orang menangis di sampingku ke atas mayat-mayat mereka, nescaya aku bunuh diriku."
Setelah Khansa memeluk Islam, keberanian dan kepandaiannya bersyair telah digunakan untuk menyemarakkan semangat para pejuang Islam. Ia mempunyai empat orang putera yang kesemuanya diajar ilmu bersyair dan dididik berjuang dengan berani. Kemudian puteranya itu telah diserahkan untuk berjuang demi kemenangan dan kepentingan Islam. Khansa telah mengajar anaknya sejak kecil lagi agar jangan takut menghadapi peperangan dan cabaran.

Pada tahun 14 Hijrah, Khalifah Umar Ibnul Khattab menyediakan satu pasukan tempur untuk menentang Farsi. Semua Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan untuk menuju ke medan perang, maka terkumpullah seramai 41,000 orang tentera. Khansa telah mengerahkan keempat-empat puteranya agar ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu. Khansa sendiri juga ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita yang bertugas merawat dan menaikkan semangat pejuan tentera Islam.
Dengarlah nasihat Khansa kepada putera-puteranya yang sebentar lagi akan ke medan perang, "Wahai anak-anakku! Kamu telah memilih Islam dengan rela hati. Kemudian kamu berhijrah dengan sukarela pula. Demi Allah, yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya kamu sekalian adalah putera-putera dari seorang lelaki dan seorang wanita. Aku tidak pernah mengkhianati ayahmu, aku tidak pernah memburuk-burukkan saudara-maramu, aku tidak pernah merendahkan keturuna kamu, dan aku tidak pernah mengubah perhubungan kamu. Kamu telah tahu pahala yang disediakan oleh Allah s.w.t. kepada kaum muslimin dalam memerangi kaum kafir itu. Ketahuilah bahawasanya kampung yang kekal itu lebih baik daripada kampung yang binasa."

Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surah Ali Imran yang bermaksud, "Wahai orang yang beriman! Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah kedudukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, moga-moga menjadi orang yang beruntung." Putera-putera Khansa tertunduk khusyuk mendengar nasihat bonda yang disayanginya.
Seterusnya Khansa berkata, "Jika kalian bangun esok pagi, insya Allah dalam keadaan selamat, maka keluarlah untuk berperang dengan musuh kamu. Gunakanlah semua pengalamanmu dan mohonlah pertolongan dari Allah s.w.t.. Jika kamu melihat api pertempuran semakin hebat dan kamu dikelilingi oleh api peperangan yang sedang bergejolak, masuklah kamu ke dalamnya. Dan dapatkanlah puncanya ketika terjadi perlagaan pertempurannya, semoga kamu akan berjaya mendapat balasan di kampung yang abadi, dan tempat tinggal yang kekal."

Subuh esoknya semua tentera Islam sudah berada di tikar sembahyang masing-masing untuk mengerjakan perintah Allah s.w.t. iaitu solat Subuh, kemudian berdoa moga-moga Allah s.w.t. memberikan mereka kemenangan atau syurga. Kemudian Saad bin Abu Waqas panglima besar Islam telah memberikan arahan agar bersiap-sedia sebaik sahaja semboyan perang berbunyi. Perang satu lawan satu pun bermula dua hari. Pada hari ketiga bermulalah pertempuran besar-besaran. 41,000 orang tentera Islam melawan tentera Farsi yang berjumlah 200,000 orang. Pasukan Islam mendapat tentangan hebat, namun mereka tetap yakin akan pertolongan Allah s.w.t..

Putera-putera Khansa maju untuk merebut peluang memasuki syurga. Berkat dorongan dan nasihat dari bondanya, mereka tidak sedikit pun berasa takut. Sambil mengibas-ngibaskan pedang, salah seorang dari mereka bersyair, "Hai saudara-saudaraku! Ibu tua kita yang banyak pengalaman itu, telah memanggil kita semalam dan membekalkan nasihat. Semua mutiara yang keluar dari mulutnya bernas dan berfaedah. Insya Allah akan kita buktikan sedikit masa lagi."
Kemudian ia maju menetak setiap musuh yang datang. Seterusnya disusul pula oleh anak kedua maju dan menentang setiap musuh yang mencabar. Dengan semangat yang berapi-api ia bersyair,

"Demi Allah! Kami tidak akan melanggar nasihat dari ibu tua kami Nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati Segeralah bertempur, segeralah bertarung dan menggempur mush-musuh bersama-sama Sehingga kau lihat keluarga Kaisar musnah." Anak Khansa yang ketiga pula segera melompat dengan beraninya dan bersyair, "Sungguh ibu tua kami kuat keazamannya, tetap tegas tidak goncang Beliau telah menggalakkan kita agar bertindak cekap dan berakal cemerlang Itulah nasihat seorang ibu tua yang mengambil berat terhadap anak-anaknya sendiri. Mari! Segera memasuki medan tempur dan segeralah untuk mempertahankan diri Dapatkan kemenangan yang bakal membawakegembiraan di dalam hati Atau tempuhlah kematian yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi."

Akhir sekali anak keempat menghunus pedang dan melompat menyusul abang-abangnya. Untuk menaikkan semangatnya ia pun bersyair, "Bukanlah aku putera Khansa', bukanlah aku anak jantan Dan bukanlah pula kerana 'Amru yang pujiannya sudah lama terkenal Kalau aku tidak membuat tentera asing yang berkelompok-kelompok itu terjunam ke jurang bahay, dan musnah mangsa oleh senjataku." Bergelutlah keempat-empat putera Khansa dengan tekad bulat untuk mendapatkan syurga diiringi oleh doa munajat bondanya yang berada di garis belakang. Pertempuran terus hebat. Tentera Islam pada mulanya kebingungan dan kacau kerana pada mulanya tentera Farsi menggunakan tentera bergajah di barisan hadapan, sementara tentera berjalan kaki berlindung di belakang binatang tahan lasak itu. Namun tentera Islam dapat mencederakan gajah-gajah itu dengan memanah mata dan bahagian-bahagian lainnya. Gajah yang cedera itu marah dengan menghempaskan tuan yang menungganginya, memijak-mijak tentera Farsi yang lannya. Kesempatan ini digunakan oleh pihak Islam untuk memusnahkan mereka. Panglima perang bermahkota Farsi dapat dipenggal kepalanya, akhirnya mereka lari lintang-pukang menyeberangi sungai dan dipanah oleh pasukan Islam hingga air sungai menjadi merah. Pasukan Farsi kalah teruk, dari 200,000 tenteranya hanya sebahagian kecil sahaja yang dapat menyelamatkan diri.

Umat Islam lega. Kini mereka mengumpul dan mengira tentera Islam yang gugur. Ternyata yang beruntung menemui syahid di medan Kadisia itu berjumlah lebih kurang 7,000 orang. Dan daripada 7,000 orang syuhada itu terbujur empat orang adik-beradik Khansa. Seketika itu juga ramailah tentera Islam yang datang menemui Khansa memberitahukan bahawa keempat-empat anaknya telah menemui syahid. Al-Khansa menerima berita itu dengan tenang, gembira dan hati tidak bergoncang. Al-Khansa terus memuji Allah dengan ucapan,

"Segala puji bagi Allah s.w.t., yang telah memuliakanku dengan mensyahidkan mereka, dan aku mengahrapkan darii Tuhanku, agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!"
Al-Khansa kembali semula ke Madinah bersama para perajurit yang masih hidup dengan meninggalkan mayat-mayat puteranya di medan pertempuran Kadisia. Dari peristiwa peperanan itu pula wanita penyair ini mendapat gelaran kehormatan 'Ummu syuhada yang artinya ibu kepada orang-orang yang mati syahid."

10 wejangan syeikh abdul qodir jailani


wejangan Pertama

Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh setiap mu’min di dalam setiap keadaan, yaitu (1) melaksanakan semua perintah Allah; (2) menjauhkan diri dari segala laranganNya; (3) ridha akan hukum-hukum Allah.

Fikirkan tiga hal ini, dan lakukan dengan syari’at. Karena jalan pertama dalam sebuah jalan kesucian adalah syari’at, tidak akan pernah ada makrifat tanpa syari’at yang sempurna. Jangan sampai ketiga hal ini ditinggalkan dan diabaikan karena ketinggian pehaman tentang ketuhanan.


wejangan Kedua

Jangan pernah merubah jalan kenabian, dan ikutilah dengan keikhlasan. Patuhlah akan perintah Allah dan RasulNya, jangan sekali-kali berbuat kerusakan dan mendurhakaiNya. Jangan pernah meragukan kebenaran Allah, karena Allah adalah Zat yang Maha Suci dan tidak memiliki kekurangan sedikitpun. Bertauhidlah, jangan pernah menyekutukanNya. Tingkatkan rasa pesaudaraan, dan jangan pernah memelihara benih permusuhan, dengki, iri hati dan jauhi diri dari noda dan dosa. Sabar dan mohonlah segala apa yang dibutuhkan hanya kepad Allah. Dan hiasi diri dengan keta’atan yang paripurna. Jaga taubat dengan zikir siang dan malam. Insya Allah kebahagiaan abadi beserta para Nabi tidak jauh dari ujung mata, dan kekekalan tidak akan pergi dari kita.



wejangan Ketiga

Mintalah sesuatau hanya pada Zat yang mampu memberikan apapun. Zat yang menyembuhakan jika kita sakit, Zat yang mencukupkan rizki saat kita kekurangan. Jadikan Allah tempat utama dalam meminta bantuan dan jangan pernah menjadikan Allah tempat terakhir, ketika semua tempat telah tertutup lalu kita memohon kepada Allah.

Tanamkanlah tauhid sejati dalam diri anda, karena sesungguhnya dalam dunia ini yang ada hanya gerak dan diam Allah semata. Tidak ada pelaku dan penggerak, kecuali Allah semata. Tidak ada kebaikan dan keburukan, tidak ada kerugian dan keuntungan, tidak ada faidah dan tidak ada pula anugerah, tidak terbuka dan tertutup, tidak hidup dan mati, tidak ada kaya dan papa, melainkan semuanya ada di tangan Tuhan.

Seorang hamba tidaklah lebih dari seorang bayi kecil, yang tidak mampu melakukan apapun tanpa bantuan dari ibunya atau seperti orang mati yang tidak mampu lagi melakukan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain atau seperti bangkai berjalan.

Ketika kita dapat merealisasikan hal tersebut, kita dapat menjadi bayi kecil atau orang mati, maka kita akan merasakan kebesaran Allah dimanapun kita berada. Jika kita melihat sesuatu, yang kita lihat hanyalah kebesaran Allah, jika kita mendengar suara maka kita yang dengar adalah Suara Allah. kita akan diberikan pengetahuan dari Allah langsung dan akan diberikan anugerah, kedekatanya kepada Allah membuatnya dimuliakan Allah. Bersamayam selalu di dalam Allah, selalu bersama Allah, dan terbukalah tabir yang menghalangi rahasia-rahasia Allah Yang Maha Agung. Ia hanya mendengar dan menuruti perintah yang Maha Tinggi, dan hanya Menyembah pada Yang Maha Agung.



wejangan Keempat

Matikan dirimu dari makhluk, ketika kamu telah mati dari makhluk, maka akan dikatakan padamu : “semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada kamu”. Kemudian Allah akan mematikan nafsu badaniyyahmu. Apabila kamu telah mati dari nafsu badaniyyah, maka akan dikatakan padamu : “Semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada kamu”. Lalu Allah akan mematikan kamu dari kehendak-kehendak dan nafsu, kemudian akan dikatakan kepadamu :“Semoga Allah akan melimpahkan RahmatNya kepadamu”. Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu kehidupan yang baru.

Kehidupan yang akan diberikan kepadamu adalah kehidupan tanpa kematian. Kamu akan dikayakan dan tidak pernah miskin lagi. Kamu akan menjadi orang yang luar biasa, dan memiliki ketinggian martabat dan kepribadian yang mandiri.

Kamu akan menjadi ahli waris dari para Nabi dan Rasul, dan kamu akan menjadi titik akhir sebuah kewalian,. Melaluimu segala kesulitan akan terselesaikan, melalui shalatmu segala tanaman dapat tumbuh dan hujan turun dan malapetaka dapat dihindarkan dari manusia. Boleh dikatakan kamu adalah pelindung segala manusia.

Orang-orang dari jauh kan datang kepadamu dan memberikan hadiah serta berkhidmat kepadamu. Karena idzin dan karunia Allah semata. Lisan manusia tidak henti-hentinya memuji dan menghormatimu. Tidak ada orang yang beriman yang bertingkah kepadamu. Kamu akan menjadi paripurna karena kesempurnaan Allah.



wejangan Kelima

Firman Allah :”Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia sebagai cobaan untuknya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal”.( QS. Thaha : 131)

Palingkan wajahmu dari kebusukan dunia, racun-racun dunia adalah kehancuran dan kan menjauhkanmu dari Allah, semoga Allah akan menjauhkan dan menyelamatkan kita dari bau busuk dunia ini.

Dunia adalah tempatnya dosa dan kebusukan seperti bau kotoran, maka jauhkan dirimu dari kotoran tersebut dan palingkan wajahmu semua.



wejangan Keenam

Hindarkan diri dari ramainya hiruk pikuk dunia dengan mengerjakan perintah Allah, dari nafsu menuju perintah, dari kehendak menuju perbuatanNya agar kit apantas menerima ilmu Allah. Putuskan segala hubungan yang akan mengakibatkan engkau jauh dari Allah dan fikiranmu bercabang dan memikirkan sesuatu selain Allah.

Tanda bahwa kau telah putus dari nafsu adalah ketika engkau membuang segala usaha dan upaya untuk mencapai kepentingan duniawi atau keuntungan dan menghidar dari bahaya. Janganlah bergerak, jangan bergantung, jangan melindungi dan menolong dirimu sendiri dengan dirimu sendiri, gantungkan kesemuanya itu hanya kepada Allah.

Tanda bahwa kau telah menghindarkan dirimu dari kehendakmu dengan perbuatan Allah adalah ketika engkau tidak lagi mempunyai kebutuhan-kebutuhanmu, tidak lagi mempunyai tujuan apa-apa dan tidak lagi mempunyai kebutuhan selain kepada Allah semata-mata. Kamu hanya berhubungan dengan Sang Khalik dan terputus dari seluruh makhluk. Badanmu pasif, hatimu tenang, pikiranmu luas, mukamu berseri dan jiwamu bertambah subur.

Kosongkanlah dirimu dari segala perilaku kemanusiaan dan dari keadaan tidak menerima suatu kehendak selain kehendak dari Allah. Masuklah ke dalam golongan orang-orang yang telah luluh hatinya dan telah hilang nafsu-nafsu kebinatangannya.

Sebenarnya ini adalah keadaan fana’. Menenggelamkan diri dalam kebesaran Allah, dan kita harus menghilangkan nafsu dan kebinatangan diri. Jika kita telah fana, maka telinga kita adalah pendengarn Allah, mata kita adalah penglihatan Allah, dan seluruh gerak kita adalah perbuatan Allah semata. Kita hanya sebuah wayang dan dalangnya adalah Allah semata.



wejangan Ketujuh

Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhkan hatimu hanya untuk Allah dan jauhkan dirimu dari laranganNya. Selalu berada dalam keta’atan dan jauhi larangan agar nafsu badaniyyah yang telah keluar tidak masuk lagi dan menghinakan diri. Perang terhadap nafsu harus selalu dikobarkan setiap waktu, kita harus berperang terhadap nafsu tersebut setiap saat. Karena sesungguhnya Syirik itu bukan hanya menduakan Allah, tapi memiliki kehendak, berkebutuhan dan bercita-cita itu adalah bagian dari syirik.

Syirik bukan hanya menyembah berhala, tetapi termasuk juga di dalamnya menuruti hawa nafsu dan menyekutukan apa saja yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, karena apa selain dari Allah bukanlah Tuhan, maka apabila kamu tumpukan hatimu pada selain Allah itu juga berarti syirik. Maka janganlah kamu menyekutukan Allah baik secara khafi apalagi syirik jali. Kelebihan yang ada padamu adalah semata-mata karunia Allah semata. Jangan pernah menyombongkan apaliagi membanggakan karunia Allah kepadamu. Selalu berwaspada, atas bencana dan ajakan dari hawa nafsu yang selalu membawa akan kesesatan dan kekafiran.

Syukuri apa yang telah diberikan Allah kepadamu, jaga hal tersebut dengan memperbanyak ibadah sunnah dan perbanyak istighfar.



wejangan Kedelapan

Jangan pernah meminta naik dalam suatu hal dalam hal derajat kesufian apalagi turun dari derajat tersebut. Apabila kamu berada di depan pintu sebuah istana yang megah, jangan pernah memasuki istanan tersebut sebelum mendapat izin dari pemillik istana, sabarlah menunggu hingga pemilik istana tersebut mengizinkan kita untuk memasuki istana tersebut. Karen akita akan diminta pertanggung jawaan atas apa yang telah kita lakukan, jika kita memasuki dengan cara baik-baik kita akan selamat, tetapi jika kita memasuki dengan cara paksa dan sembuyi-sembuyi maka sang pemilik akan memberikan hukuman atas kelancangan tersebut. Berterima kasihlah atas apa yng telah engkau milki dan jangan pernah meminta lebih dari yang belum engkau sanggup memikulnya, tetaplah berada dlam jalan itu dan jangan pernah merubahnya, karena akhwal (keadaaan perubahan rohani) adalah milik aulia (wali biasa), sedangkan maqamah (perhatian kerohanian) adalah milik abdal (wali Allah yang derajatnya lebih tinggi).



wejangan Kesembilan

Perbuatan Allah yang mulia dan agung akan tampak pada aulia dan abdal di dalam pandangan dan pengalaman kerohanian. Itu berada di luar jangkauan akal dan fikiran manusia. Penampakan (Manifestasi) itu dibagi dalam dua jenis : (1) Jalal, kebesaran dan keagungan Jalal ini menimbulkan kehebatan yang luar biasa dan mempengaruhi hati sedemikian rupa, sehingga tandanya tampak pada badan ang kasar. Diceritakan bahwa Rasulullah dalam keadaan shalat, maka terdengarlah oelh orang yang didekatnya suara air mendidih dari hati beliau, karena hebatnya dan gentarnya hati beliau ketika menghadap Allah SWT.

(2) Jamal, keindahan. Sifat Jamal ini akan tampak denagn hati yang gembira, tenang, sentosa, dan selamat, ia akan mengucapkan kata-kata yang yang penuh kasih mesra, dan akan tampak tanda-tanda yang mengembirakan dan karunia-karunia yang besar, kedudukan yang tinggi dan kedekatan padaNya.

Inilah karunia Allah yang diberikan kepada mereka di dunia ini.



wejangan Kesepuluh

Sesungguhnya peperangan ini adalah antara dirimu dan Allah, dirimu yang penuh dengan kejahatan da hawa nafsu berperang dengan Zat yang Maha Tinggi yaitu Allah. Jika sudah berada pada jalan Allah maka jangan pernah kembali kepada jalan nafsu yang hina. Jika kau berada pada jalan yang haq maka musuh sejatimu adalah dirimu sendiri.

Oleh karena itu, segala penghambaan adalah melawan dirimu sendiri dan hawa nafsumu. Allah berfirman “Janganlah kamu mengikuti hawa nafsumu, karena tidak ada yang melawanKu dan kerajaanKu melainkan hawa nafsu manusia”.

Bersabarlah, sampai saat Allah yang menjalankan segala perkara tersebut, jika kamu yang berbuat maka kamu yang kan bertanggung jawab, tapi jika perbuatan itu dilakukan sendiri oleh Allah maka Allahlah yang akan bertanggung jawab akan perbuatan tersebut. Jadilah manusia yang tauhid dengan sempurna yang hanya menyembah Allah semata.

Patuhlah, dan ambillah urusan dunia seperlunya saja, dan bersihkan dirimu dari hawa nafsu serakah dunia, kerjakan perintah Allah dan biasakan melakukan ibadah sunnah sepanjang waktu. Dan tunggulah perintah bathin datang padamu dan laksanakan dalam gerak dan diam, karena orang yang sudah khatam pendiriannya adalah orang yang menunggu datangnya perintah bathiniyah dan melaksanakannya semaksimal mungkin. Tenggelamkan dirimu dalam lautan fana’, agar kau dapat mencapai peringat abdal, sebuah peringkat yang akan dimiliki oleh orang yang telah betul-betul dalam keadaan tauhid. Suatu keadaan yang dimiliki oleh orang-orag yang memiliki cahaya kerohanian, yaitu orang-orang yang berilmu dan memiliki kebijaksanaan yang tinggi, ketua dari seluruh ketua.